Monday, April 5, 2021

Speaking English Start from Me

Di tempat kerja teman saya, sudah di-woro-woro akan ada program English Day sekali sepekan. Program ini diadakan untuk mendukung rencana ke depan perusahaan going global. Kalau kita mau bermain di pasar global, maka memakai bahasa yang biasa dipakai yaitu bahasa Inggris.

Sebelum program ini diluncurkan, maka panitia penyelenggara sudah menyiapkan berbagai campaign dan jurus-jurus agar program ini berjalan dengan lancar. Sekilas jadi terkesan persiapannya banyak sekali untuk membudayakan berbahasa Inggris sehari-hari.

Kalau menurut saya tidak perlu banyak inisiatif untuk menyukseskan program ini. Mulailah dari puncak pimpinan berbahasa Inggris. Menjawab email, membuat laporan, menuliskan notulensi meeting, dan berdiskusi dalam bahasa Inggris. Kalau ada salah kata atau salah grammar, tutup mata saja. Nanti juga lama-lama akan terbiasa sendiri karena dimulai dari yang paling atas.

Saya terinspirasi dengan perilaku atasan saya. Atasan saya ini suka memakai sneaker dan berpakaian casual. Jadi sebagai executive muda yang sukses kesannya jauh dari formal. Tidak membutuhkan waktu yang lama, para bawahannya mulai memakai sneaker. Yang biasanya tidak memakai, jadi memakai. Yang tidak punya, jadi beli. Tidak dibutuhkan program atau campaign yang luar biasa untuk mengubah atau membentuk sebuah kebiasaan.

Tingkat kesuksesan sebuah program bisa diprediksi dengan setinggi apa level pimpinan yang terlibat. Di dalam sejarah, Indonesia termasuk negara yang cepat menekan angka buta huruf setelah merdeka. Yang menjadi rahasianya adalah karena Presiden Soekarano sebagai orang nomor satu di Indonesia, ikut serta dalam program ini. Bahkan dia sampai ikut mengajar. Jadi sejauh mana concern seorang leader akan sebuah program maka itu akan menentukan kesuksesan atau kegagalan sebuah program. Yuk mari berbahasa Inggris.

Tuesday, March 2, 2021

Ternyata Masih Ada Orang Baik

Menjelang makan siang, istri minta dibelikan ayam goreng untuk makan nanti. Maklum akhir pekan ini istri sedang sibuk bongkar-bongkar isi kamar.

Dengan mengendarai sepeda motor saya pun meluncur ke tempat tukang goreng langganan. Jaraknya hanya sekitar 2 kilo meter dari rumah. Ketika sedang eank-enak di jalan, tiba-tiba suara mesin motor terhenti. Motornya mogok karena kehabisan bensin. Sebenarnya saya tidak kaget kalau motornya mogok. Karena dari kemarin jarum indikator isi bensin memang sudah mepet ke kiri, namun tidak secepat ini.

Posisi saya pas di tengah-tengah. Mau balik ke rumah ganti kendaraan tanggung, mau meneruskan dengan mendorong lumayan juga. Akhirnya karena ingin makan siang dengan ayam goreng tepung saya pun mendorong motor sambil mata mencari-cari tukang bensin eceran. Dengan kepala masih memakai helm.

Ketika sedang mendorong motor, tiba-tiba ada seorang pengojek online menghampiri. Dia menanyakan masalah saya. "Mogok, karena kehabisan bensin."

"Sudah sini saya stut sampai sana. Kalau tidak salah ada yang jual bensin."Begitu tawarannya.

"Bayar berapa?" Tanya saya. Saya pikir mendorong motor juga membutuhkan tenaga. Apalagi zaman sekarang apa-apa serba bayar.

"Enggak usah." Katanya.

Tak lama motor saya didorong oleh pengojek online tersebut. Alhamdulillah beberapa meter sudah ada tukang bensin eceran. Belum sempat saya mengucapkan terima kasih, sang penolong itu sudah pergi. Ternyata masih ada orang baik dan saya tidak akan pernah melupakan wajahnya. Terima kasih siapa pun Anda di sana.

Friday, February 26, 2021

Berpuasa dari Hiruk Pikuk Media Sosial

 


Seperti halnya berpuasa dari makan dan minum, kita juga perlu berpuasa media sosial. Salah satu manfaat dari puasa adalah tubuh lebih sehat, karena diberikan kesempatan untuk beristirahat sejenak.Begitu juga dengan media sosial, itu baik untuk kesehatan kita.

Seorang teman memilih untuk mematikan semua media sosial yang dimiliki termasuk group whats app yang diikutinya. Ketika ada seseorang yang menghubungi dia secara pribadi, dia katakan di situ terasa nikmatnya. Dia menemukan ada orang-orang yang masih mencarinya. Hal ini seperti kita berbuka puasa setelah sepanjang hari menahan lapar dan haus.

Terkadang media sosial yang awalnya untuk menjadi sarana menjalin silaturahmi menjadi sarana yang kurang baik. Ada yang pamer kelebihan harta dan waktunya, ada yang pamer mempunyai anak dan pasangan dan lain sebagainya, sementara masih ada yang masih serba kekurangan. Baik itu kekurangan harta, belum mempunyai anak dan belum menikah.

Kalau buat saya berpuasa media sosial itu meningkatkan konsentrasi dalam bekerja. Beberapa pekerjaan yang sifatnya butuh keseriusan dan perenungan harus menjaga jarak dengan media sosial. Dan jujur hidup menjadi sedikit lebih tenang.

Photo by Saulo Mohana on Unsplash


Sunday, February 14, 2021

Libur Telah Tiba. Jangan Lupa Upload Foto-fotonya di Media Sosial.

Liburan



Setiap menjelang liburan, baik terkait dengan tanggal merah atau sengaja mengambil cuti, sebagian kita suka sekali mengabadikan dalam bentuk foto maupun video. Tidak lupa kita pun mengunggahnya di media sosial yang kita punya. 

Dari sini baru timbul masalahnya. Di media sosial ternyata kita memiliki teman-teman yang beragam segala kondisinya. Baik itu pendidikan, ekonomi, status sosial, pekerjaan dan tingkat suasana hati. Dari awalnya kita ingin berbagi momen kebahagian selama berlibur ternyata bisa ditanggapi berbeda oleh yang lainnya. Ada yang ikut senang kemudian memberikan "like" dan komentar, ada juga yang tidak namun hanya disimpan di hati.

Yang senang kadang-kadang terlibat dalam pembicaraan di kolom komentar. Bisa jadi di liburan berikutnya dia akan mencoba berlibur seperti yang dibagikan di media sosial. Yang terdiam, hanya bisa berharap kapan ya bisa berlibur seperti mereka? Walau pun itu hampir mustahil. Pernah saya membaca postingan seorang karyawan yang hanya bisa berlibur bersama anak laki-lakinya di wahana yang ada di mall-mall. Dan captionnya berisi permintaan maaf kepada anak lelakinya bahwa dia hanya bisa membawa anaknya mengisi liburan ke tempat seperti ini. Tidak ke luar kota atau makan enak seperti orang-orang lain yang dia saksikan di media sosial.

Dari awalnya hanya ingin berbagi kebahagian di media sosial, ternyata jadi menimbulkan kesedihan bagi yang lain.

Tuesday, February 9, 2021

Kalau enggak mau dicubit, jangan nyubit dong!

 Kita harus respek terhadap sesama dengan cara memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia ini adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Kita ingin kita ditegur dengan baik-baik kalau melakukan kesalahan. Begitu juga dengan orang lain. Kita ingin tepat waktu kalau membuat janji bertemu dengan orang lain. Begitu juga dengan orang lain.

Namun masalahnya ada orang-orang yang tidak begitu. Dan saya pernah bertemu dengan orang seperti itu. Mereka ingin diperlakukan dengan baik namun tidak timbal balik dengan orang lain. Kalau sedang membutuhkan tindak lanjut dari saya, orang terus mengingatkan terus sampai saya kerjakan. Giliran saya melakukan hal yang sama dengan enaknya mengatakan sabar !!! Heh? Kemarin lu enaknya meneror gua untuk follow up. Dan berusaha baik-baik aja. Sekarang kalau giliran gua, lu ngomong begitu. Kan bisa aja bilang sebentar ya, masih ada kerjaan lain. Kalau enggak mau dicubit, jangan nyubit dong! Dan ada beberapa kejadian-kejadian lainnya. Untung saya tidak banyak berurusan dengan orang-orang macam ini.

Pernah juga bertemu orang yang suka mengkritik setiap kesalahan yang kita buat. Sekali salah dia mudahnya mengkritik tanpa mau mencari tahu apa penyebab kesalahannya. Masih mending kalau kritiknya membangun atau baik-baik. Ini mah kritiknya pedas sekali dan diulang-ulang, sampai bosan mendengarnya. Nah, giliran dia yang melakukan kesalahan, dan dia tahu bahwa orang-orang bakal mengkritik dia dengan pedas, dia pasang kuda-kuda. Dia membuat semacam pembelaan agar orang-orang memaklumi apa yang telah terjadi.

Dari kejadian di atas juga semakin menegaskan bahwa orang yang berlaku "kasar" dan "keras" tidak ingin diperlakukan yang sama. Jadi kalau begitu perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Lain lagi kalau orangnya seperti itu. Sudah berkali-kali masih melakukan kesalahan ya, lancarkan saja jurus "tiada maaf bagimu"!

Monday, February 8, 2021

Teka-Teki

Waktu dan kehidupan


Teka-teki pertama 

Apakah hal yang paling panjang tapi juga paling pendek, paling cepat tetapi juga paling lambat, paling terbagi tapi juga paling terhampar, paling disia-siakan tapi juga paling dirindukan, yang tanpanya tidak ada yang tidak ada yang tidak bisa kita lakukan, yang membinasakan semua yang sepele tapi memberi hidup pada semua yang hebat?

Jawabannya adalah : waktu.
Tak ada yang lebih panjang dari waktu, karena ia abadi; tak ada yang lebih pendek darinya karena segala rencana kita selalu kekurangan waktu; tak ada yang lebih lamban daripada waktu bila kita sedang menunggu; tak ada yang lebih cepat daripada waktu bila kita sedang berbahagia; ia menghampar tanpa batas; tapi dalam ketidakterbatasannya kita membaginya menjadi bagian-bagian yang amat kecil; kita semua menyia-yiakannya, tapi kita semua juga merindukannya ketika ia sudah lewat; tak ada yang bisa kita lakukan tanpanya; ia membuat melupakan semua hal sepele di masa lalu, dan ia mengabadikan semua yang hebat.


Teka-teki kedua
Apakah hal yang kita terima begitu saja tanpa kita syukuri, yang kita nikmati tanpa mengetahui bagaimana cara menikmatinya, yang kita bagikan mseki kita tidak tahu dai mana asalnya, dan yang meninggalkannya kita tanpa terasa?

Jawabannya adalah : kehidupan.


dikutip dari buku "Zadig" karya Voltaire.


Image by paula guerreiro from Pixabay 


Friday, February 5, 2021

Manusia Berencana, Tuhan yang Menentukan

God speed


Manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan.

Waktu kuliah dahulu saya mempunyai seorang teman berbeda jurusan dan berbeda angkatan. Menurut saya dia itu adalah orang yang paling well planned yang pernah saya temui untuk mencapai masa depan. Dia bercita-cita menjadi praktisi dunia periklanan. Untuk mencapainya dia melakukan segala hal yang dianggap perlu. Kegiatannya hanya belajar, dia tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Dia tidak mendaftar ke unit kegiatan mahasiswa (UKM) mana pun dan memilih menjadi non-him atau tidak menjadi anggota himpunan mahasiswa jurusan. Kalau anak sekarang disebutnya kupu-kupu; kuliah pulang kuliah pulang. Padahal pada masa itu menjadi seorang non-him adalah masalah tersendiri di kampus kami. Biasanya akan "dikerjai" oleh para senior ketika bertemu di lab atau studio. Begitu juga di dalam pertemanan. Dia kan memilih teman-temannya yang memberi andil dalam mencapai cita-citanya.

Di masa liburan semester pendek, sebagian besar mahasiswa memilih pulang kampung atau berlibur dia kuliah semester pendek mengambil SKS ke atas atau magang di perusahaan-perusahaan. Walau pun SKS magang ada di tahun ketiga, dia sudah melakukannya sejak tahun pertama. Alhasil dengan semua upayanya itu dia lulus tepat waktu dengan hasil cum laude.

Ceritanya baru mulai di sini. Setelah lulus dia tidak langsung mendapatkan pekerjaan. Dia butuh waktu beberapa bulan untuk mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan pertamanya pun jauh dari yang diharapkan. Setelah setahun lebih dia baru masuk ke dunia periklanan. Berdasarkan riwayatnya dia sering berganti tempat bekerja. Rata-rata dia hanya setahun dua tahun bertahan di satu tempat. Entah apa yang terjadi dengan pekerjaannya, namun hasilnya seperti ini. Pernah juga dia merintis biro periklanan, namun tidak berlanjut.

Setelah lama tidak terdengar, terakhir dia menjadi seorang dosen di universitas swasta terkenal di bilangan Serpong. Dan dia terus bertahan di sana. Sepertinya dia menikmati pekerjaan sebagai tenaga pengajar. 

Cerita teman saya ini semakin menguatkan adagium bahwa manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. Makanya yang dinilai dari manusia itu adalah apa yang dia lakukan, bukan apa yang dihasilkan.

Wednesday, February 3, 2021

Kunang-kunang Si Amazing Kelap-kelip

Kunang-kunang yang hampir punah karena polusi cahaya


Sudah belasan bahkan puluhan tahu, saya baru melihat kunang-kunang kembali. Malam ini selepas maghrib yang masih basah sisa hujan di sore hari, kami menyaksikan si kelap kelip ini. Di tanah kosong dipenuhi rerumputan samping rumah ada titik berkedip-kedip dari belasan kunang-kunang.

"Amazing. Amazing." Berkali-kali anak perempuan saya mengatakan itu. Baginya itu adalah kumpulan kunang-kunang pertama yang baru dilihatnya. Kalau selama ini hanya bisa dari buku cerita sekarang dia benar-benar melihatnya.

"It's beautiful kelap-kelip." Begitu tambahnya.

Sampai saat ini saya tidak percaya bisa melihat hewan ini lagi. Berdasarkan penuturan seorang teman bahwa yang menyebabkan kunang-kunang hilang karena adanya polusi cahaya dari lampu-lampu yang kita miliki. Karena cahaya kunang-kunang yang dihasilkan bertujuan untuk menarik lawan jenis. Mungkin kita harus lebih bijak dalam menggunakan lampu di malam hari. Selain ramah bagi kunang-kunang juga menghemat energi listrik.

Cahaya yang dikeluarkan kunang-kunang berasal dari perut bagian bawah. Cahaya ini dihasilkan oleh photocytes (lapisan kecil sel reflektif) yang mengeluarkan cahaya berwarna kuning kehijauan. Dan cahaya yang dihasilkan tidak terasa panas seperti lampu-lampu ciptaan manusia. Hal ini disebabkan energi dari photocytes dikonversi semuanya menjadi cahaya.

Dengan pembangunan yang demikian masif, menggantikan lapangan rumput dan persawahan telah mengusir kunang-kunang. Mudah-mudahan kami tetap bertemu dengan kunang-kunang, si mahluk kelap-kelip.

Photo by Aswin Thekkoot on Unsplash