Di tempat kerja teman saya, sudah di-woro-woro akan ada program English Day sekali sepekan. Program ini diadakan untuk mendukung rencana ke depan perusahaan going global. Kalau kita mau bermain di pasar global, maka memakai bahasa yang biasa dipakai yaitu bahasa Inggris.
Sebelum program ini diluncurkan, maka panitia penyelenggara sudah menyiapkan berbagai campaign dan jurus-jurus agar program ini berjalan dengan lancar. Sekilas jadi terkesan persiapannya banyak sekali untuk membudayakan berbahasa Inggris sehari-hari.
Kalau menurut saya tidak perlu banyak inisiatif untuk menyukseskan program ini. Mulailah dari puncak pimpinan berbahasa Inggris. Menjawab email, membuat laporan, menuliskan notulensi meeting, dan berdiskusi dalam bahasa Inggris. Kalau ada salah kata atau salah grammar, tutup mata saja. Nanti juga lama-lama akan terbiasa sendiri karena dimulai dari yang paling atas.
Saya terinspirasi dengan perilaku atasan saya. Atasan saya ini suka memakai sneaker dan berpakaian casual. Jadi sebagai executive muda yang sukses kesannya jauh dari formal. Tidak membutuhkan waktu yang lama, para bawahannya mulai memakai sneaker. Yang biasanya tidak memakai, jadi memakai. Yang tidak punya, jadi beli. Tidak dibutuhkan program atau campaign yang luar biasa untuk mengubah atau membentuk sebuah kebiasaan.
Tingkat kesuksesan sebuah program bisa diprediksi dengan setinggi apa level pimpinan yang terlibat. Di dalam sejarah, Indonesia termasuk negara yang cepat menekan angka buta huruf setelah merdeka. Yang menjadi rahasianya adalah karena Presiden Soekarano sebagai orang nomor satu di Indonesia, ikut serta dalam program ini. Bahkan dia sampai ikut mengajar. Jadi sejauh mana concern seorang leader akan sebuah program maka itu akan menentukan kesuksesan atau kegagalan sebuah program. Yuk mari berbahasa Inggris.