oleh : hasan abadi kamil
Aku merasa keren hari ini hehe. Jarang-jarang loh aku merasa keren. Bisa-bisa dalam setahun bisa dihitung dengan jari aku merasa keren. Merasa keren di sini bukanlah narsis, dan tidak merasa keren di sini bukannya minder atau loser.
Oke aku ceritakan kenapa aku merasa keren. Jangan pindah ke saluran yang lain yaa
Seperti biasa aku berangkat ke tempat kerja harus menempuhnya dengan tiga kali naik kendaraan umum : bus - angkot - ojek! Angka tiga ini bisa berubah menjadi beberapa alternatif : bus - angkot - angkot - ojek; bus - angkot - jalan kaki - ojek atau angkot - bus - angkot - ojek. Ini tiga pola umum, dan tentu saja ada derivat-derivatnya.
Sampai di tempat kerja sebelum pukul 06.55 adalah target setiap hari. Artinya bangun tidak telat dan persiapan yang matang menjadi keharusan. Untuk amannya aku berangkat pukul 05.30 keluar dari rumah. Kalau suasan terkendali, paling banter sampai tempat kerja 06.30. Namun terkadang stabilitas belum tercipta maka terjadi koreksi terhadap waktu satu perjalanan ini dan dengan ini makanya bisa dimengerti kenapa ada tiga alternatif turunan dari pola umum rute keberangkatan. Instabilitas itu misalnya angkot yang kunaiki tidak sampai ke pemberhentian ojek, sehingga harus menyambung lagi. Atau bisa jadi karena macet yang sangat, sehingga harus ditempuh dengan jalan kaki ke pangkalan ojek.
Pagi ini aku bangun kesiangan. Tidur tadi malam terlalu lelap menurutku. Setelah siap aku keluar rumah jam 05.40. Ketika di perempatan ciledug, bus rute kalideres - balaraja melintas. Aku pun mengejarnya. Namun karena laju bus lebih besar dibandingkan laju lariku maka ia pun menjauh. Kurang olahraga menjadi sasaranku sambil terengah-engah.
Menunggu bus berikutnya sama saja bunuh diri. Aku bisa terlambat. Berdasarkan perhitungan bus akan berhenti di kebun nanas, yang secara de facto menjadi terminal bayangan, untuk mencari penumpang. Aku pun menyetop angkot yang meleawati kebun nanas. Sang supir mengebut laju angkotnya dikarenakan sang angkot sudah penuh.
Dalam hitungan belasan menit angkot sampai kebun nanas, belum benar-benar berhenti angkotnya aku segera turun dan ongkos dan terus berlari mengejar bus tadi. Benar bus tersebut baru saja mau berangkat.
Tidak mau mengalami ketertinggalan kedua kalinya aku berlari mengerjarnya. Kali laju kaki lebih besar dari laju merayapnya bus. Ketika mau naik, di dalam sudah bertumpuk-tumpuk orang. Aku paksakan masuk walau pun harus bergelayutan (kayak siapa? kayak nenek moyangnya Darwin kali). Dengan susah payah pintu di tutup dan sejenak aku tersudur di belakang jok. Bus melaju dengan kencangnya.
"Manis! manis! begitu sang kondektur memainkannya. Inilah milestoneku berikutnya. Aku pun turun. Karena sesaknya penumpang, untuk turun pun terasa susah dan dengan sedikit perjuangan goyang kanan kiri dan akhirnya terbebaskan. Masih melaju mobilnya dengan kecepatan rendah aku turun dari bus. Dan di saat inilah aku merasa keren. Sungguh! Aku merasa keren karena Alloh, Tuhanku memang Maha Keren!
Apakah menurut kamu, kawan, tidak merasa keren membaca tulisanku? Tak apa, aku merasa bersyukur bisa merasa keren dengan hal-hal kecil dan gratisan.
Sungguh aku masih tidak percaya, kalau hari ini aku merasa keren... :)
Aku merasa keren hari ini hehe. Jarang-jarang loh aku merasa keren. Bisa-bisa dalam setahun bisa dihitung dengan jari aku merasa keren. Merasa keren di sini bukanlah narsis, dan tidak merasa keren di sini bukannya minder atau loser.
Oke aku ceritakan kenapa aku merasa keren. Jangan pindah ke saluran yang lain yaa
Seperti biasa aku berangkat ke tempat kerja harus menempuhnya dengan tiga kali naik kendaraan umum : bus - angkot - ojek! Angka tiga ini bisa berubah menjadi beberapa alternatif : bus - angkot - angkot - ojek; bus - angkot - jalan kaki - ojek atau angkot - bus - angkot - ojek. Ini tiga pola umum, dan tentu saja ada derivat-derivatnya.
Sampai di tempat kerja sebelum pukul 06.55 adalah target setiap hari. Artinya bangun tidak telat dan persiapan yang matang menjadi keharusan. Untuk amannya aku berangkat pukul 05.30 keluar dari rumah. Kalau suasan terkendali, paling banter sampai tempat kerja 06.30. Namun terkadang stabilitas belum tercipta maka terjadi koreksi terhadap waktu satu perjalanan ini dan dengan ini makanya bisa dimengerti kenapa ada tiga alternatif turunan dari pola umum rute keberangkatan. Instabilitas itu misalnya angkot yang kunaiki tidak sampai ke pemberhentian ojek, sehingga harus menyambung lagi. Atau bisa jadi karena macet yang sangat, sehingga harus ditempuh dengan jalan kaki ke pangkalan ojek.
Pagi ini aku bangun kesiangan. Tidur tadi malam terlalu lelap menurutku. Setelah siap aku keluar rumah jam 05.40. Ketika di perempatan ciledug, bus rute kalideres - balaraja melintas. Aku pun mengejarnya. Namun karena laju bus lebih besar dibandingkan laju lariku maka ia pun menjauh. Kurang olahraga menjadi sasaranku sambil terengah-engah.
Menunggu bus berikutnya sama saja bunuh diri. Aku bisa terlambat. Berdasarkan perhitungan bus akan berhenti di kebun nanas, yang secara de facto menjadi terminal bayangan, untuk mencari penumpang. Aku pun menyetop angkot yang meleawati kebun nanas. Sang supir mengebut laju angkotnya dikarenakan sang angkot sudah penuh.
Dalam hitungan belasan menit angkot sampai kebun nanas, belum benar-benar berhenti angkotnya aku segera turun dan ongkos dan terus berlari mengejar bus tadi. Benar bus tersebut baru saja mau berangkat.
Tidak mau mengalami ketertinggalan kedua kalinya aku berlari mengerjarnya. Kali laju kaki lebih besar dari laju merayapnya bus. Ketika mau naik, di dalam sudah bertumpuk-tumpuk orang. Aku paksakan masuk walau pun harus bergelayutan (kayak siapa? kayak nenek moyangnya Darwin kali). Dengan susah payah pintu di tutup dan sejenak aku tersudur di belakang jok. Bus melaju dengan kencangnya.
"Manis! manis! begitu sang kondektur memainkannya. Inilah milestoneku berikutnya. Aku pun turun. Karena sesaknya penumpang, untuk turun pun terasa susah dan dengan sedikit perjuangan goyang kanan kiri dan akhirnya terbebaskan. Masih melaju mobilnya dengan kecepatan rendah aku turun dari bus. Dan di saat inilah aku merasa keren. Sungguh! Aku merasa keren karena Alloh, Tuhanku memang Maha Keren!
Apakah menurut kamu, kawan, tidak merasa keren membaca tulisanku? Tak apa, aku merasa bersyukur bisa merasa keren dengan hal-hal kecil dan gratisan.
Sungguh aku masih tidak percaya, kalau hari ini aku merasa keren... :)