"Beneran abang mau ketemu sama dia?" Sudah sekian kali istriku mengulangi pertanyaannya. Seolah-oleh dia memastikan bahwa saya melakukan tindakan yang tepat.
"Memang kenapa Neng?"Tanyaku. Terselip sedikit keraguan.
"Ingat Bang. Teman abang ini sekarang sudah jadi pejabat. Sudah jadi orang penting. Hidupnya sudah berkhidmat untuk orang banyak."
"Tapi abang kan temannya?"
"Iya. Abang juga sudah dua puluh tahun lebih tidak bertemu."
Jleb. Jawaban istriku membuatku terdiam dan kembali berfikir.
Sebetulnya hari ini saya mau mengunjungi kawan lama yang dikabarkan sedang sakit. Dengan naifnya saya berencana untuk membesuknya. Padahal sudah dua puluh tahun lebih tidak berjumpa. Apalagi sekarang dia sudah menjadi pejabat.
"Mungkin teman abang masih tetap seperti yang dulu. Tapi ingat sekarang dia sudah menjadi seorang pejabat. Pasti banyak orang-orang yang mengunjunginya. Dan orang-orang ini macam-macam motivasinya. Dan positive thinking-nya perilaku orang-orang yang mengunjungi ini berbeda jauh dengan abang. Mungkin kalau abang datang dan bertemu membuat suasananya bisa bikin gimana gitu."
Saya hanya mengangguk-angguk pelan. Akhirnya saya membatalkan niat membesuknya. Cukup saya mendoakannya dari jauh saja.