oleh : hasan abadi kamil
Ya Alloh, ternyata saya ini termasuk manusia juga, yang bisa menaruh dendam...
Ceritanya begini. Di sebuah kota yang dikenal kota pendidikan saya menempuh pendidikan tinggi saya. Waktu itu dalam tahun kesekian (karena gak lulus - lulus) saya pernah serumah dengan seorang teman sebut si X. Maksudnya di rumah itu tinggal beberapa teman, salah satunya si X tersebut.
Sebenarnya si X ini orangnya tidak berjudi, minum - minuman keras atau sex bebas. Dia juga tidak terlibat mafia persepakbolaan Indonesia ataupun mengemplang uang pajak. Dia rajin ke masjid, baca qur'an dan bangun tengah malam. Cuma satu yang saya tidak tahan dari si X : suka ngeselin.
Bentuk ngeselinnya, tidak perlu dibeberkan lagi, pokoknya ngeselin. Selain saya ada beberapa orang yang mengalami hal yang sama. Saking keselnya sama dia, saya memutuskan untuk pindah dari rumah kontrakan tersebut, mencari kontrakan yang lain.
Ternyata memang susah bersabar terhadap orang beriman itu. Kalau yang ngeselin itu tukang mabok, tukang keluyuran, jarang mandi dan sholat, mungkin hati ini masih bersabar. Maklum, namanya juga orang belum dapat hidayah, paling seperti ini kata - kata untuk menghibur.
Tapi akan sangat berbeda, kalau yang melakukan orang yang rajin melakukan ibadah. Rasanya tak ada alasan logis yang bisa memuaskan pertanyaan seperti ini : kok ini orang kelakuannya begini sih?
Bertahun - tahun, setelah akhirnya saya lolos, si X bekerja di sebuah perusahaan dan saya juga bekerja. Pada suatu ketika kami bertemu di sebuah kegiatan di daerah Ibu Kota. Karena pernah satu rumah, kami berbalas basa basi. Dia menceritakan soal kemampuan temannya dia (atau dia sebenarnya) soal dokumentasi (terkait dengan ISO 9001 : 2008). Mendengar ceritanya saya bergeming. Si X juga sempat menelpon atasan saya (atasan saya teman si X dan teman saya juga) menawarkan kemampuannya itu.
"Bagaimana?" suatu saat atasan saya bertanya. Maksudnya peluang bergabung si X ke tempat saya bekerja.
"Tidak Pak." Jawab saya pendek.
Atasan saya mengerti, dia juga tahu soal kelakuan si X.
Mudah - mudahan ini bukan dendam ya.
Ya Alloh, ternyata saya ini termasuk manusia juga, yang bisa menaruh dendam...
Ceritanya begini. Di sebuah kota yang dikenal kota pendidikan saya menempuh pendidikan tinggi saya. Waktu itu dalam tahun kesekian (karena gak lulus - lulus) saya pernah serumah dengan seorang teman sebut si X. Maksudnya di rumah itu tinggal beberapa teman, salah satunya si X tersebut.
Sebenarnya si X ini orangnya tidak berjudi, minum - minuman keras atau sex bebas. Dia juga tidak terlibat mafia persepakbolaan Indonesia ataupun mengemplang uang pajak. Dia rajin ke masjid, baca qur'an dan bangun tengah malam. Cuma satu yang saya tidak tahan dari si X : suka ngeselin.
Bentuk ngeselinnya, tidak perlu dibeberkan lagi, pokoknya ngeselin. Selain saya ada beberapa orang yang mengalami hal yang sama. Saking keselnya sama dia, saya memutuskan untuk pindah dari rumah kontrakan tersebut, mencari kontrakan yang lain.
Ternyata memang susah bersabar terhadap orang beriman itu. Kalau yang ngeselin itu tukang mabok, tukang keluyuran, jarang mandi dan sholat, mungkin hati ini masih bersabar. Maklum, namanya juga orang belum dapat hidayah, paling seperti ini kata - kata untuk menghibur.
Tapi akan sangat berbeda, kalau yang melakukan orang yang rajin melakukan ibadah. Rasanya tak ada alasan logis yang bisa memuaskan pertanyaan seperti ini : kok ini orang kelakuannya begini sih?
Bertahun - tahun, setelah akhirnya saya lolos, si X bekerja di sebuah perusahaan dan saya juga bekerja. Pada suatu ketika kami bertemu di sebuah kegiatan di daerah Ibu Kota. Karena pernah satu rumah, kami berbalas basa basi. Dia menceritakan soal kemampuan temannya dia (atau dia sebenarnya) soal dokumentasi (terkait dengan ISO 9001 : 2008). Mendengar ceritanya saya bergeming. Si X juga sempat menelpon atasan saya (atasan saya teman si X dan teman saya juga) menawarkan kemampuannya itu.
"Bagaimana?" suatu saat atasan saya bertanya. Maksudnya peluang bergabung si X ke tempat saya bekerja.
"Tidak Pak." Jawab saya pendek.
Atasan saya mengerti, dia juga tahu soal kelakuan si X.
Mudah - mudahan ini bukan dendam ya.