Life is a journey, not a destination.
Pertama kali membaca kutipan di atas di buku diary adik, saya merasa : "keren banget sih kutipan". Apalagi adik saya ini seorang pencinta alam, yang suka menghabiskan masa liburannya mendaki gunung - gunung di nusantara, makin klop saja jadinya.
Namun setelah bertahun - tahun, saya rasa kutipan ini tidak hanya milik para pencinta alam saja, tapi semua orang. Bukankan kita semua sedang dalam "perjalanan"?
Penafsiran saya tentangnya, apa pun yang kita pilih dalam hidup ini adalah sebuah perjalanan; sebuah proses bukan destinasi atau milestone. Waktu kecil ketika belajar ngaji saya berfikir kalau saya sudah sampai surat An-Nas, surat ke-114 di kitab suci Al-Qur'an maka saya sudah selesai. Saya tidak perlu mengaji lagi. Ternyata saya salah, ketika khatam, saya mengulangi lagi dari Al-fatihah terus sampai khatam lagi. Saya lakukan itu sampai sekarang dan mudah - mudahan sampai saya meninggal. Jadi pengertian "perjalanan" di sini, menurut saya kita harus hidup bersamanya.
Begitu juga dalam pekerjaan. Ketika kita menerapkan sistem maka kita harus hidup di dalamnya. Ketika di kantor menerapkan 5R saya tidak bisa menjawab (tepatnya saya berfikir mengapa dia bertanya seperti itu) ketika ada yang komplen : Pak ini kita 5R lagi?" Waktu itu saya mengingatkan kegiatan 5R lagi.
Dia bertanya seperti itu, karena dia sudah melakukan R1 yaitu ringkas. Hanya barang yang diperlukan saja yang ada di tempat kerja dan tidak berlebihan jumlahnya. Menurut saya, dia berfikir 5R itu tujuan, bukan perjalanan. Kalau sudah ini ya sudah selesai. Kalau kita berfikir ini perjalanan, maka ya tidak ada selesai - selesainya. Kita hidup bersamanya. Kalau R1 sudah selesai, kita lanjut ke R berikutnya. Kalau sudah R5, balik lagi. Kita lakukan improvement dan seterusnya. Seperti halnya mengaji buat saya.
Bagaimana "perjalanan" Anda saat ini?
0 comments:
Post a Comment