Untuk memulainya saya mengajukan beberapa pertanyaan. Di ojek daring full time atau sampingan? Kalau full time, sebelumnya bekerja dimana? Setelah itu sisanya sang pengendara akan bercerita sepanjang perjalanan. Saya hanya tinggal mendengarkan sambil sesekali bertanya berdasarkan ceritanya.
"Tinggal dimana Pak?"Tanya saya.
"Kalideres."
"Wah, jauh ya."Saya sedang menaiki ojek dari Blok M menuju Jl. Swadharma daerah Jakarta Selatan.
"Namanya juga ikhtiar Pak. Orderan dimana aja kita kejar."
"Iya Pak."
"Awalnya saya mangkal cuma mau ambil order sekitaran daerah saya aja. Kalau jauh sedikit saya enggak ambil. Kalau sudah nganter penumpang saya balik lagi ke tempat mangkal. Sambil menunggu biasanya nongkrong sama teman-teman. Lama-lama saya mikir juga, kalau di sini-sini aja enggak seberapa dapetnya. Abis itu saya mau nerima order yang bukan daerah saya."
Saya hanya manggut-manggut mendengarkan ceritanya.
"Tapi nongkrong ama temen-temen malah bikin kita males. Kalau ada orderan masuk bunyi ke hape saya ada yang komen santai dulu, masih pagi ini. Ada juga yang bilang kayak bakalan ada orderan lagi. Abis itu hape saya matiin (maksudnya di-mute). Jadi kalau ada orderan saya pergi. Nanti kalau teman saya nanya: mau kemana? Saya jawab mau BAB (Buang Air Besar-penulis). Abis itu saya enggak mau nongkrong di situ lagi. Saya pergi kemana aja orderan didapat."
Wah, sang pengemudi ini. Perintah merantau itu ternyata berlaku juga untuk para tukang ojek. Pergilah mengambil order, jangan hanya di kampung sendiri.
"Abis itu, saya mulai pengaruhin teman-teman yang lain. Saya bilangin, kalau nongkrong aja hasilnya enggak seberapa. Nanti di rumah ada yang bakalan nyap-nyap. Nah mulai deh satu demi satu mulai ninggalin tongkrongan. Tinggal yang tua-tua aja. Kalau itu mah saya enggak berani nasihatin."
Hebat sekali Si Bapak ini, bisa menularkan kebiasaan yang baik ke teman-temannya.
"Tapi Pak temen-temen yang di tongkrongan itu perhatian juga."
"Perhatian apa?"
"Saya kan bilangnya mau BAB. Eh, sorenya dia nanya kok Lu BAB lama banget?"
"He he he he." Saya dan si bapak tertawa bersama-sama.
0 comments:
Post a Comment