Kisah Inspiratif Seorang Teman
Hidup di Jakarta memang penuh perjuangan. Apalagi buat orang yg
penghasilannya terbatas sehingga kebutuhan transportasinya begitu
bergantung pada fasilitas umum. Perjuangan meraih tempat untuk berdiri di
dalam bis tujuan kota jakarta saja kadang sudah berat, apalagi jika ingin
dapat tempat duduk. Tempat duduk adalah benda 'mewah' dalam konteks
transportasi umum. Tempat saya menunggu bis adalah ujung dari rute trayek
bis ini. Tentunya lebih mudah bagi kami yg menunggu bis di ujung trayek ini
untuk mendapat kursi ketimbang orang-orang yang menunggu di tengah-tengah
rute trayek. Tapi jangan anggap terlalu mudah, karena yang menunggu di
pangkalan ujung trayek inipun banyak, lebih banyak dari kursi yang tersedia
di bis sehingga kursi tetap saja jadi rebutan.
Momen orang berlarian berebut memasuki pintu dari setiap bis yang baru
datang adalah momen yang menarik. Setiap orang berharap menjadi yg lebih
dahulu masuk, agar masing-masing mereka dapat duduk. Kadang ada sedikit
dorongan, senggolan dan berbagai benturan fisik lain. Semua itu dilakukan
karena dengan duduk, perjalanan yang bisa memakan waktu sampai 2 jam, bisa
diselingi dengan tidur, chatting, bbm-an, atau bahkan dengan menulis
tulisan ini.
Yang menarik dari perjalanan hari ini adalah seorang bapak yang setelah
rebutan masuk bis, duduk 2 baris di depan saya. Pakaiannya biasa saja,
baju hitam dengan celana hitam. Gak berbeda dengan orang lain. Setelah dia
dapat tempat duduk, dia sempat menyapa seorang bapak lain di baris
belakangnya, persis di depan saya duduk. Bis sudah penuh dan mulai
berjalan, beberapa orang harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk.
Selang 20 meter bus berhenti kembali, ada beberapa penumpang mulai naik.
Bapak ini mulai menarik perhatian saya, karena dia memberi kode kepada
seorang wanita muda berpenampilan pegawai kantoran yang duduk diatas motor
di samping bis yang berhenti. Wanita itupun naik kedalam bis, sementara si
bapak malah berdiri dari kursinya dan kemudian menyerahkan kursinya kepada
si wanita sebelum kemudian turun dari bis.
Saya bertanya-tanya, fenomena apa ini? Apakah sudah sebegitu kerasnya
perjuangan mendapat kursi di bis sampai perlu ada calo khusus?
Jawabannya saya dapat dari bapak di depan saya. Ternyata wanita itu putri
si bapak yang turun dari bis. Saya perhatikan wajah si bapak yang saat ini
sudah duduk diatas motor disamping bis tadi. Seperti senang sekali bisa
mempermudah hidup putrinya walau mungkin hanya sekedar untuk 2 jam perjalanan..
Oh bapak, terima kasih sudah menginspirasi saya.. Anak-anak kita adalah
titipan Allah. Jaga, rawat dan sayang adalah kata yang harus menghiasi
interaksi kita dengan mereka..
3desember, diatas kursi yang diantar 4 roda berputar
0 comments:
Post a Comment