oleh : hasan abadi kamil
Pada suatu saat istri saya bertanya : Kenapa sih pulangnya harus selalu larut malam?
Mendapat pertanyaan seperti itu saya menjawab : Kenapa kita pulang kerja kerja selalu larut malam? Dan kadang - kadang membawa kerjaan kantor ke rumah? Semua itu dikarenakan kita selalu menginginkan barang yang lebih murah dan lebih baik.
Mendapatkan jawaban seperti itu, istri saya tertawa. Entah karena lucu, atau karena dia juga turut andil dalam "penentuan" jam pulang suaminya.
Sebagai pekerja di sebuah perusahaan manufacturing, walau pun tidak terlibat langsung dengan produk, sangat menyadari jawaban tersebut. Kesemuanya ini digerakkan oleh keinginan konsumen, termasuk kita. Kita selalu ingin lebih. Lebih murah, lebih bagus, lebih cepat, lebih, lebih memuaskan servicenya dan lebih - lebih yang lainnya. Karena sadar kalau tidak bisa memenuhi keinginan dan harapan dari konsumen, maka jangan harap pekerjaan kita berumur panjang. Memang benar pembeli adalah raja.
Untuk menyikapi dinamika keinginan konsumen itu maka penghasil barang berlomba - lomba melakukan perbaikan di proses produksinya agar selalu efisien dan menghasilkan barang berkualitas baik. Segala macam bentuk pemborosan sekecil - kecilnya harus dihindari.
Kita lihat evolusi dari walkman, yang mungkin sudah masuk museum untuk kalangan anak sekarang tergantikan iphone dan flash disk. Pada awalanya semua mur baut walkman berbeda - beda. Ada yang positif (+) dan ada negatif (-) dan ukurannya berbeda - beda. Untuk memperpecat proses produksi dibuat mur bautnya seragam, sehingga tidak memakan waktu banyak memakai obeng positif dan negatif secara bergantian. Selain itu persediaan mur - bautnya menjadi satu karena hanya ada satu jenis. Tidak sampai di situ, walkman yang diproduksi dibuat tidak lagi menggunakan mur dan baut tetapi dengan sistem knock down, sehingga. Sehingga proses lebih cepat (lebi efisien) dan ada pengurangan biaya produksi karena tidak memakai mur dan baut sehingga barangnya bisa lebih murah dijualnya.
Kita lihat evolusi "penyimpan memori". Zaman dulu, komputer itu segede ruangan besar. Kemudian beralih menjadi PC. Untuk menyimpan data, kita butuh disket yang jumlahnya banyak dengan kapasitas yang sangat kecil. Perbaikan terjadi, disket menjadi flopy disk dengan kapasitas 1.4 MB. Kalau ingin meng-copy file yang besar, harus dikompres, dipecah - pecah atau bawa hard disk komputer. Perubahan terus terjadi, muncullah flash disk. File - file yang demikian besar; film dan lagu hasil download-an internet; dengan mudah dipindah - pindah oleh "sebatang" flash disk.
Contoh - contoh di atas adalah dalam rangka memenuhi keinginan dan harapan dari konsumen. Di satu sisi, hal ini disikapi dengan "inovasi" di tenaga kerja. Untuk menekan angka produksi, ramai - ramai memakai tenaga out sorcing, tenaga kontrak. Jarang sekali pekerja menjadi karyawan tetap. Hal ini agar pihak perusahaan hanya membayarkan sebatas gaji, tanpa tunjangan - tunjangan lain. Ada beberapa perusahaan seperti LG, mengeluarkan semua karywannya setelah itu karyawan - karyawan ini ditawari sebagai tenaga kontrak dengan gaji yang start dari awal lagi. Padahal ada yang sudah bekerja belasan tahun. Atau perusahaan garmen yang selalu rutin "merumahkan" karyawan di bulan puasa untuk menghindari over head dari membayar THR karyawan.
Pada lebaran, masih ada karyawan mini market yang masuk kerja, tukang sampah yang mengangkuti sampah dari komplek. Saya dan istri hanya sepakat : karena keinginan kitalah mereka jadi seperti itu. Ingin consumer goods selalu tersedia dekat rumah, dan komplek tidak bau oleh sampah.
Pada suatu saat istri saya bertanya : Kenapa sih pulangnya harus selalu larut malam?
Mendapat pertanyaan seperti itu saya menjawab : Kenapa kita pulang kerja kerja selalu larut malam? Dan kadang - kadang membawa kerjaan kantor ke rumah? Semua itu dikarenakan kita selalu menginginkan barang yang lebih murah dan lebih baik.
Mendapatkan jawaban seperti itu, istri saya tertawa. Entah karena lucu, atau karena dia juga turut andil dalam "penentuan" jam pulang suaminya.
Sebagai pekerja di sebuah perusahaan manufacturing, walau pun tidak terlibat langsung dengan produk, sangat menyadari jawaban tersebut. Kesemuanya ini digerakkan oleh keinginan konsumen, termasuk kita. Kita selalu ingin lebih. Lebih murah, lebih bagus, lebih cepat, lebih, lebih memuaskan servicenya dan lebih - lebih yang lainnya. Karena sadar kalau tidak bisa memenuhi keinginan dan harapan dari konsumen, maka jangan harap pekerjaan kita berumur panjang. Memang benar pembeli adalah raja.
Untuk menyikapi dinamika keinginan konsumen itu maka penghasil barang berlomba - lomba melakukan perbaikan di proses produksinya agar selalu efisien dan menghasilkan barang berkualitas baik. Segala macam bentuk pemborosan sekecil - kecilnya harus dihindari.
Kita lihat evolusi dari walkman, yang mungkin sudah masuk museum untuk kalangan anak sekarang tergantikan iphone dan flash disk. Pada awalanya semua mur baut walkman berbeda - beda. Ada yang positif (+) dan ada negatif (-) dan ukurannya berbeda - beda. Untuk memperpecat proses produksi dibuat mur bautnya seragam, sehingga tidak memakan waktu banyak memakai obeng positif dan negatif secara bergantian. Selain itu persediaan mur - bautnya menjadi satu karena hanya ada satu jenis. Tidak sampai di situ, walkman yang diproduksi dibuat tidak lagi menggunakan mur dan baut tetapi dengan sistem knock down, sehingga. Sehingga proses lebih cepat (lebi efisien) dan ada pengurangan biaya produksi karena tidak memakai mur dan baut sehingga barangnya bisa lebih murah dijualnya.
Kita lihat evolusi "penyimpan memori". Zaman dulu, komputer itu segede ruangan besar. Kemudian beralih menjadi PC. Untuk menyimpan data, kita butuh disket yang jumlahnya banyak dengan kapasitas yang sangat kecil. Perbaikan terjadi, disket menjadi flopy disk dengan kapasitas 1.4 MB. Kalau ingin meng-copy file yang besar, harus dikompres, dipecah - pecah atau bawa hard disk komputer. Perubahan terus terjadi, muncullah flash disk. File - file yang demikian besar; film dan lagu hasil download-an internet; dengan mudah dipindah - pindah oleh "sebatang" flash disk.
Contoh - contoh di atas adalah dalam rangka memenuhi keinginan dan harapan dari konsumen. Di satu sisi, hal ini disikapi dengan "inovasi" di tenaga kerja. Untuk menekan angka produksi, ramai - ramai memakai tenaga out sorcing, tenaga kontrak. Jarang sekali pekerja menjadi karyawan tetap. Hal ini agar pihak perusahaan hanya membayarkan sebatas gaji, tanpa tunjangan - tunjangan lain. Ada beberapa perusahaan seperti LG, mengeluarkan semua karywannya setelah itu karyawan - karyawan ini ditawari sebagai tenaga kontrak dengan gaji yang start dari awal lagi. Padahal ada yang sudah bekerja belasan tahun. Atau perusahaan garmen yang selalu rutin "merumahkan" karyawan di bulan puasa untuk menghindari over head dari membayar THR karyawan.
Pada lebaran, masih ada karyawan mini market yang masuk kerja, tukang sampah yang mengangkuti sampah dari komplek. Saya dan istri hanya sepakat : karena keinginan kitalah mereka jadi seperti itu. Ingin consumer goods selalu tersedia dekat rumah, dan komplek tidak bau oleh sampah.