Ketika pertama kali pindah ke kota ini, saya harus menyesuaikan beberapa kebiasaan. Salah satunya adalah sholat subuh. Berbeda dengan kota sebelumnya di sini sholat subuhnya tetap dua rakaat dan tanpa adanya qunut subuh. Karena di sini sebagian besar mengikuti pendapat fiqih yang menyatakan bahwa qunut subuh itu bidah. Buat saya hal ini tidak menjadi masalah. Masing-masing mempunyai dalil dan argumenya.
Kemudian di sini adzan subuhnya dua kali. Ada adzan untuk membangunkan orang dari tidur dan adzan subuh sesungguhnya. Adzan membangunkan orang dari tidur suka disebut adzan pertama. Adzan ini dikumandangkan kira-kira pukul tiga pagi. Tujuannya adalah agar orang-orang bangun dari tidurnya dan bersiap-siap ke masjid untuk menunaikan sholat subuh.
Terkait dengan adzan pertama saya ada pengalaman yang menarik pada awal-awal tinggal di sini. Pada suatu pagi terdengar suara adzan. Tanpa melihat jam dinding di kamar saya segera bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah berpakaian yang pantas saya menuju ke masjid. Selama ke perjalanan ke masjid saya tidak berjumpa dengan siapa pun. Dan benar ternyata di masjid belum ada orang. Waktu itu saya berfikir, barangkali jamaahnya belum berdatangan. Karena tidak mau menunggu terlalu lama saya berjalan ke masjid satunya lagi. Dan di sana dalam kondisi kosong melompong. Akhirnya saya pun tersadar. Ini masih terlalu pagi untuk masuk sholat subuh. Tanpa berlama-lama lagi saya segera kembali ke rumah. Jam dinding adalah benda pertama yang saya lihat. Dan benar jarum-jarumya baru menunjukkan jam 03.30. Masih jauh untuk sholat subuh.
Pantas saja di dua masjid yang saya datangi tidak ada orang sama sekali. Adzan yang saya dengar tadi baru adzan pertama, adzan untuk membangunkan orang dari tidur.
Gambar oleh Robert Karkowski dari Pixabay
0 comments:
Post a Comment