Kita boleh berteman dengan siapa saja, namun bersahabat boleh pilih-pilih. Dasar memilih pertemanan macam-macam. Ada karena ekonomi, sosial atau akhlaknya. Dalam bersahabat carilah orang yang baik meski pun dia miskin atau pendidikannya rendah. Karena tidak sedikit orang yang pendidikannya tinggi tetapi masih seperti anak TK kelakuannya atau ada orang ngakunya kota tetapi kampungan.
Kalau kebetulan kita yang menjadi "korban" dalam situasi ini bersabarlah. Karena sesungguhnya kita tidak seburuk itu, kita lebih bagus dari apa yang orang sangkakan.
Mungkin kita mengalami seperti ini, tiba-tiba, anak-anaknya tidak bertegur sapa. Padahal sebelum-sebelumnya biasa bertegur sapa, ngobrol. Ada yang ketika bertemu di rumah orang tua, mempunyai agenda yang banyak sehingga tak ada waktu bertemu kita. Padahal mereka datang jauh dari luar negeri dan hanya beberapa hari. Dan kita yang lebih paham, juga menyediakan waktu dan kesempatan untuk bertemu. Atau ada yang selalu menghindar ketika membuka percakapan. Ketika mencoba membuka hubungan, seolah-olah tak ada pintu. Padahal kita dan dia, kebetulan mempunyai kenalan yang sama, yang bisa dijadikan bahan pembicaraan. Yang paling pahit adalah kalau bicara sama orang lain, kita digambarkan orang yang tidak mau memulai percakapan, padahal kalau bertemu dianya yang diam saja.
Kami sadar, kondisi ekonomi dan sosial kami jauh banget dengan dia. Pergaulan kami tidak seluas, eh luas sih, cuma pergaulan kita beda kelas dengan dia. Tapi perlu diingat kami tidak pernah meminta apa pun kepada mereka. Karena kalau cuma makan nyicil rumah, menyekolahkan anak dan makan tiga kali kami masih mampu. Serendah itu kah mereka memandang? Oh ya mungkin masa depan kami dianggapnya suram, lingkaran pergaulan kami tidak membawa keuntungan ya sudah. Kami adalah kami. Kami sudah berusaha. Kalau mereka tidak mau, bukan urusan kami.
0 comments:
Post a Comment