Monday, April 5, 2021
Tuesday, March 2, 2021
Ternyata Masih Ada Orang Baik
Friday, February 26, 2021
Berpuasa dari Hiruk Pikuk Media Sosial
Seperti halnya berpuasa dari makan dan minum, kita juga perlu berpuasa media sosial. Salah satu manfaat dari puasa adalah tubuh lebih sehat, karena diberikan kesempatan untuk beristirahat sejenak.Begitu juga dengan media sosial, itu baik untuk kesehatan kita.
Seorang teman memilih untuk mematikan semua media sosial yang dimiliki termasuk group whats app yang diikutinya. Ketika ada seseorang yang menghubungi dia secara pribadi, dia katakan di situ terasa nikmatnya. Dia menemukan ada orang-orang yang masih mencarinya. Hal ini seperti kita berbuka puasa setelah sepanjang hari menahan lapar dan haus.
Terkadang media sosial yang awalnya untuk menjadi sarana menjalin silaturahmi menjadi sarana yang kurang baik. Ada yang pamer kelebihan harta dan waktunya, ada yang pamer mempunyai anak dan pasangan dan lain sebagainya, sementara masih ada yang masih serba kekurangan. Baik itu kekurangan harta, belum mempunyai anak dan belum menikah.
Kalau buat saya berpuasa media sosial itu meningkatkan konsentrasi dalam bekerja. Beberapa pekerjaan yang sifatnya butuh keseriusan dan perenungan harus menjaga jarak dengan media sosial. Dan jujur hidup menjadi sedikit lebih tenang.
Photo by Saulo Mohana on Unsplash
Sunday, February 14, 2021
Libur Telah Tiba. Jangan Lupa Upload Foto-fotonya di Media Sosial.
Liburan |
Tuesday, February 9, 2021
Kalau enggak mau dicubit, jangan nyubit dong!
Kita harus respek terhadap sesama dengan cara memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia ini adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Kita ingin kita ditegur dengan baik-baik kalau melakukan kesalahan. Begitu juga dengan orang lain. Kita ingin tepat waktu kalau membuat janji bertemu dengan orang lain. Begitu juga dengan orang lain.
Monday, February 8, 2021
Teka-Teki
Waktu dan kehidupan |
Friday, February 5, 2021
Manusia Berencana, Tuhan yang Menentukan
God speed |
Manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan.
Waktu kuliah dahulu saya mempunyai seorang teman berbeda jurusan dan berbeda angkatan. Menurut saya dia itu adalah orang yang paling well planned yang pernah saya temui untuk mencapai masa depan. Dia bercita-cita menjadi praktisi dunia periklanan. Untuk mencapainya dia melakukan segala hal yang dianggap perlu. Kegiatannya hanya belajar, dia tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Dia tidak mendaftar ke unit kegiatan mahasiswa (UKM) mana pun dan memilih menjadi non-him atau tidak menjadi anggota himpunan mahasiswa jurusan. Kalau anak sekarang disebutnya kupu-kupu; kuliah pulang kuliah pulang. Padahal pada masa itu menjadi seorang non-him adalah masalah tersendiri di kampus kami. Biasanya akan "dikerjai" oleh para senior ketika bertemu di lab atau studio. Begitu juga di dalam pertemanan. Dia kan memilih teman-temannya yang memberi andil dalam mencapai cita-citanya.
Di masa liburan semester pendek, sebagian besar mahasiswa memilih pulang kampung atau berlibur dia kuliah semester pendek mengambil SKS ke atas atau magang di perusahaan-perusahaan. Walau pun SKS magang ada di tahun ketiga, dia sudah melakukannya sejak tahun pertama. Alhasil dengan semua upayanya itu dia lulus tepat waktu dengan hasil cum laude.
Ceritanya baru mulai di sini. Setelah lulus dia tidak langsung mendapatkan pekerjaan. Dia butuh waktu beberapa bulan untuk mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan pertamanya pun jauh dari yang diharapkan. Setelah setahun lebih dia baru masuk ke dunia periklanan. Berdasarkan riwayatnya dia sering berganti tempat bekerja. Rata-rata dia hanya setahun dua tahun bertahan di satu tempat. Entah apa yang terjadi dengan pekerjaannya, namun hasilnya seperti ini. Pernah juga dia merintis biro periklanan, namun tidak berlanjut.
Setelah lama tidak terdengar, terakhir dia menjadi seorang dosen di universitas swasta terkenal di bilangan Serpong. Dan dia terus bertahan di sana. Sepertinya dia menikmati pekerjaan sebagai tenaga pengajar.
Cerita teman saya ini semakin menguatkan adagium bahwa manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. Makanya yang dinilai dari manusia itu adalah apa yang dia lakukan, bukan apa yang dihasilkan.
Wednesday, February 3, 2021
Kunang-kunang Si Amazing Kelap-kelip
Kunang-kunang yang hampir punah karena polusi cahaya |
Sudah belasan bahkan puluhan tahu, saya baru melihat kunang-kunang kembali. Malam ini selepas maghrib yang masih basah sisa hujan di sore hari, kami menyaksikan si kelap kelip ini. Di tanah kosong dipenuhi rerumputan samping rumah ada titik berkedip-kedip dari belasan kunang-kunang.
"Amazing. Amazing." Berkali-kali anak perempuan saya mengatakan itu. Baginya itu adalah kumpulan kunang-kunang pertama yang baru dilihatnya. Kalau selama ini hanya bisa dari buku cerita sekarang dia benar-benar melihatnya.
"It's beautiful kelap-kelip." Begitu tambahnya.
Sampai saat ini saya tidak percaya bisa melihat hewan ini lagi. Berdasarkan penuturan seorang teman bahwa yang menyebabkan kunang-kunang hilang karena adanya polusi cahaya dari lampu-lampu yang kita miliki. Karena cahaya kunang-kunang yang dihasilkan bertujuan untuk menarik lawan jenis. Mungkin kita harus lebih bijak dalam menggunakan lampu di malam hari. Selain ramah bagi kunang-kunang juga menghemat energi listrik.
Cahaya yang dikeluarkan kunang-kunang berasal dari perut bagian bawah. Cahaya ini dihasilkan oleh photocytes (lapisan kecil sel reflektif) yang mengeluarkan cahaya berwarna kuning kehijauan. Dan cahaya yang dihasilkan tidak terasa panas seperti lampu-lampu ciptaan manusia. Hal ini disebabkan energi dari photocytes dikonversi semuanya menjadi cahaya.
Dengan pembangunan yang demikian masif, menggantikan lapangan rumput dan persawahan telah mengusir kunang-kunang. Mudah-mudahan kami tetap bertemu dengan kunang-kunang, si mahluk kelap-kelip.
Photo by Aswin Thekkoot on Unsplash
Sedia Payung Sebelum Hujan
Menyonsong Hujan dengan Sedia Payung |
Pagi ini terasa dingin sekali, karena bekas sisa hujan tadi malam. Bahkan awan mendung masih tetap menggantung di langit menghalangi hangatnya sinar matahari. Hujan turun hampir setiap hari karena sekarang sudah termasuk musim penghujan.
Hujan di pagi hari merupakan ujian terberat sekaligus nikmat yang paling indah bagi kita. Ini menjadi berat karena bisa menghalangi seseorang berangkat kerja atau sekolah, malah membuat malas melakukan apa-apa. Yang paling enak adalah menarik selimut dan melanjutkan tidur. Dan terakhir ini adalah nikmatnya. Dia bisa menjadi ujian jika di hari kerja dan menjadi nikmat di hari libur.
Di saat penuh perjuangan ini, sekedar tekad bulat tidak cukup. Jaket yang tebal dan atau jas hujan serta payung harus ada menemani sepanjang hari. Karena hujan yang diturunkan sebagai rahmat dari langit bisa menjadi membawa penyakit; menyebakan sakit bagi kita.
Hujan tetaplah hujan. Kita tidak bisa melarangnya untuk turun karena ia mempunyai maksud dan takdirnya sendiri. Kita hanya bisa bersiap-siap menyongsongnya dengan sedia payung sebelum hujan!
Monday, February 1, 2021
Konsisten
Salah satu yang saya bisa saya simpulkan adalah bahwa orang yang sukses adalah orang yang konsisten. Konsisten dalam pengertian yang baik. Bisa juga orang yang konsisten melakukan dosa, akhirnya sukses menjadi penghuni neraka hehehe (becanda).
Kalau kita baca banyak sekali quotes dan motivasi yang bertebaran di mana-mana. Setiap orang sukses mempunyai resep sukses masing-masing. Terus pertanyaannya adalah dari sekian banyak tersebut mana yang harus kita ikuti? Kalau jawaban yang saya dapat adalah ikuti salah satunya terus konsisten dalam melaksanakannya. Lakukan terus menerus sampai berhasil. Walau ada kemungkinan tidak berhasil, setidaknya pernah berhasil di orang lain. Yang tidak boleh adalah mencari banyak rumus dan resep sukses namun tidak melaksanakannya akhirnya kita tidak sukses-sukses. Ini seperti orang yang mengumpulkan banyak obat untuk sebuah penyakit, namun tak satu pun obatnya diminum. Akhirnya sembuh pun tidak pernah didapat.
Friday, January 29, 2021
WFH Terlihat Lebih Hijau Dibandingkan WFO
Work from home (WFH) |
Manusia itu memang tidak pernah puas; tempatnya berkeluh kesah. Dan memang rumput tetangga itu terlihat lebih hijau.
Di masa pandemik perusahaan tempat bekerja membuat kebijakan soal masuk kerja. Untuk frontline seperti beauty advisor (BA), distribusi, dan produksi harus work from office. Sedangkan yang di kantor pusat dan bukan front line boleh work from home. Untuk keperluan tertentu ada beberapa karyawan kantor pusat yang boleh masuk kantor. Itu juga dilakukan secara giliran.
Sebenarnya mungkin perusahaan ingin semuanya work from home, karena melihat ganasnya penyakit ini, namun apa ada daya roda perusahaan harus berputar harus ada yang work from office. Kalau tidak dari mana perusahaan bisa membayar gaji karyawannya. Cukup sudah dengan satu masalah kesehatan, jangan ditambahi dengan masalah bubarnya perusahaan karena tidak ada aktivitas produksi.
Jadi kalau ada yang dapat WFO dan WFH itu merupakan rejeki masing-masing. Manusia memang memang hanya melihat kepada orang lain, tidak melihat ke diri sendiri. Yang wfo merasa rekan-rekannya yang wfh penuh dengan kesenangan. Bekerja dari rumah, tidak harus masuk ke kantor atau pabrik. Dan yang wfh melihat begitu juga.
WFH itu enaknya di awal-awal saja. Tidak harus ke kantor, bertemu anak istri lebih lama, boleh pakai baju casul dan flexible time. Namun enaknya itu hanya sesaat saja setelah itu pun tiba.
Karena kita harus di rumah terus. Antara bekerja dan tidak bekerja sudah tidak jelas batasannya. Mau kerja tempatnya di situ mau tidak tempatnya di situ juga.
Terus kalau difikir-fikir karena dianggap bisa flexible time, waktunya disesuaikan malah jadi fleksibel kemana-mana. Malam masih kerja. Sabtu minggu masih kerja. Jadi kita tidak bisa lagi membedakan kapan waktu kerja kapan waktu tidak kerja. Dan yang paling sial adalah karena sering terlihat di rumah, bisa-bisa tetangga menganggapnya kita kena pengurangan karyawan karena pandemik.
Tong Kosong Nyaring Bunyinya; Air Beriak Tanda Tak Dalam
Orang yang mengaku mengetahui suatu hal belum tentu dia melakukannya. Misalnya orang tahu tentang krimininalitas belum tentu dia melakukan tindakan-tindakan kriminal. Sepanjang sejarah tidak ada kriminolog yang merupakan pelaku kriminal. Itu dari hal yang "negatif". Dari hal yang "positif" misalnya ada orang yang mengetahui agama Islam, tetapi dia tidak beragama Islam atau menjalankan syariat Islam. Seperti halnya para orientalis mereka bisa berbahasa Arab, bisa membaca Al Quran Hadits tetapi sholat saja tidak.
Begitu juga dalam pekerjaan. Ada orang yang mengakui mengetahui tetap dia tidak melakukannya. Misalnya di dalam curiculum vitae-nya dicantumkan beberapa sertifikasi pelatihan tentang skill tertentu. Mungkin dia tahu tetapi, dia tidak memakai dalam pekerjaan sehari-hari.
Sekarang coba kita lihat apakah semua yang ikut kursus problem solving technique seperti PDCA, Design Thinking dan lain sebagainya apakah memakainya ketika menemui masalah? Belum tentu juga. Ada teman yang pernah cerita tentang vendor pelatihan di tempat kerjanya. Vendor tersebut mengajarkan tentang design thinking dan lain sebagainya. Namun ketika mendelivery materinya untuk karyawan di tempat teman saya bekerja ini, sepertinya tidak memakai apa yang dia ajarkan.
Jadi kalau begitu ya kita harus bertanggung jawab kalau mengakui memahami sebuah keahlian. Berani mengakui berarti memang menggunakanny sehari-hari. Percayalah kalau kita berani tanpa bertanggung jawab, memang pada awalnya akan menarik perhatian orang lain namun lama-kelamaan akan ketahuan juga. Ternyata kita ini ibarat tong kosong nyaring bunyinya; air beriak tanda tak dalam.
Tuesday, January 26, 2021
Kami Makan Rumput 3 Kali Sehari
Di lapangan samping rumah ada seorang bapak sedang mengarit rumput liar. Kebetulan yang empunya rumah keluar. Untuk sekedar basa-basi dia menyapa kepada yang sedang mengarit.
"Pak, itu rumputnya buat dijual?"
"Enggak Pak. Buat dimakan sendiri."
???
Monday, January 25, 2021
Lukai Aku! Maka Aku Bertumbuh
Lihatah pohon mangga. Untuk mempercepatnya dia berbunga dan berbuah dilakukan pelukaan. Pelukaan dilakukan dengan cara dicacah, dikerok, atau diikat sekujur batangnya.
Manfaat dari pelukaan pada batang pohon mangga dapat merangsang tanaman agar segera menghasilkan buah. Caranya adalah dengan memutuskan jaringan-jaringan floem atau Phloem dengan tujuan menghambat atau menghentikan suplay aliran karbohidrat yang dihasilkan oleh daun melalui fotosintesis. Karena tidak tersebar ke seluruh bagian dari tanaman akan terjadi terkumpulnya karbohidrat dibagian tauk pohon dengan demikian bisa merangsang tumbuhnya bunga pada tanaman.Begitulah hidup, luka-luka dari semua ujian yang kita alami selama ini adalah untuk membuat kita bertumbuh, berkembang dan memberikan manfaat bagi sekitarnya.
Apa yang di Permukaan Belum Tentu Mencerminkan Apa yang Ada di Dalamnya
Saturday, January 23, 2021
Seberapa Pantas Indo*** Diperlakukan (Mie Instan)
Boleh dibilang indo*** itu merupakan makanan seluruh rakyat Indonesia. Tak ada yang tidak menyukai mie instan ini. Yang membedakannya adalah bagaimana cara menikmatinya. Ada yang memakannya sesuai dengan petunjuk penyajian yang ada di bungkusnya, ada yang diberi macam-macam bahan seperti telur, kornet sehingga menjadi lebih "naik kelas" dan ada yang memakannya begitu saja secara mentah-mentah. Yang terakhir ini umumnya adalah orang yang sudah lapar dan tidak bisa menunggu untuk menjerang air untuk merebus mie instan tersebut.
Namun saya pernah mendengar ada seseorang yang merupakan bossnya teman saya yang memakan ind*** mentah karena memang layaknya diperlakukan seperti itu. Untuk apa dimasak sesuai petunjuk atau ditambahi bahan macam-macam karena dia tidak memberikan nilai gizi apa-apa. Dia hanya dimakan dan mengembang di dalam perut karena menyerap air sehingga bisa menjadi pengganjal. Lebih dari itu tidak ada fungsi yang lain. Oleh karena itu makan dengan dimakan mentah-mentah adalah yang pantas untuk barang ini.
Difikir-fikir benar juga teman boss saya ini. Namun saya atas nama kesehatan, memasak mie instan dengan membuang air rebusannya dan memakannya hanya sekali dalam sepekan. Jangan sampai lebih dari itu.
Friday, January 22, 2021
Seharusnya Patuh Itu Sepanjang Waktu
Thursday, January 21, 2021
Memang Beda
Memang beda kalau bertemu dengan orang yang berilmu. Bicaranya hati-hati, mudah dimengerti dan jelas sikapnya.
Kemarin, saya diajak meeting dengan calon konsultan secara daring. Yang presentasi dari pihak konsultan merupakan seorang doktor dan sudah mempunyai banyak pengalaman. Bicaranya hati-hati, mencoba mengutip dari sumbernya, sehingga terkesan semua yang keluar dari mulutnya bisa dipertanggungjawabkan. Karena tingginya ilmu dan banyaknya pengalaman maka penyampaiannya pun dengan bahasa yang bisa dimengeti oleh saya. Dan orang ini pun mempunyai prinsip, walau pun itu kadang-kadang bisa merugikan dia. Ketika diminta proposal pengajuan, tanpa ragu-ragu dia menolaknya. Dia harus melihat lapangan terlebih dahulu. Dia takut berbohong dengan isi proposalnya. Karena setiap perusahaan menghadapi permasalahan yang berbeda-beda, tidak bisa disamaratakan.
Hmm..memang beda ya.