Dalam sebuah sarapan pagi di hotel kami baru bisa bertegur sapa. Sambil menikmati makanan yang rendah karbo, karena kalau usia sudah "dewasa" air saja bisa menjadi lemak, kami banyak bertukar fikiran tentang apa saja.
Teman saya ini sudah lama tidak bertatap muka secara langsung. Selama ini kami banyak berinteraksi di group whatsapp alumni tempat dulu sekolah. Dia menceritakan tentang rencana-rencanaya: bisnisnya masih berjalan dengan baik, menjadi konsultan paruh waktu, merambah ke properti dan pembangkit listrik tahun depan.
Saya tahu, teman saya ini bukan untuk berniat sombong. Dan dia melakukan ini bukan semata-mata mencari materi saja. Kalau dia mau, dia tidak usah keluar dari tempat kerja sebelumnya. Di tempat kerja sebelumnya teman saya ini merupakan "putra mahkota" perusahaan. Dia disiapkan untuk menjadi direktur. Dan benar suksesor dia sekarang sudah nangkring jadi direktur.
Makanya ketika dia memutuskan untuk resign, atasan dan koleganya keheranan atas keputusannya. Mungkin orang akan mencap gila atas keputusannya. Dan dia tidak merasa kehilangan apa-apa, karena memang dia punya tujuan yang lebih tinggi: memberikan manfaat ke sekitarnya. Dia berpendapat kalau masih masih bertahan di tempat yang lama ini, nilai manfaatnya sedikit sekali.
Setelah percakapan yang cukup singkat, karena dia harus buru-buru mengejar pesawat pagi hari untuk urusan bisnis lainnya, saya berfikir berusaha merefleksikan isi pembicaraan kami dengan kehidupan saya. Kalau mau membuat perbandingan saya dengan dia, bukanlah perbandingan apple to apple. Beda levelnya. Beda achievement-nya.
Saya selalu mencari benang merah sesuatu yang substansial diantara teman-teman saya. Kalau kita bertemu dengan teman yang sudah jadi pengusaha karet yang sukses yang mainannya sudah ekspor, teman yang sedang meniti karir maju pilkada di sebuah kota di Jawa Barat atau yang sudah jadi ketua DPRD di Jawa Tengah tentu saya tidak bisa mengikuti jejak mereka. Ini bukan apologi atau pembenaran atas posisi saya.
Bayangkan teman saya yang sudah menjadi pengusaha sukses ini sudah memulai usaha ketika masih berseragam putih abu-abu dimana saya masih galau memilih jurusan IPA atau IPS. Teman saya yang menjadi ketua DPRD sudah meniti karir politiknya sejak dulu. Ketika kuliah dia sudah menjadi ketua kepemudaan level kota sebuah partai, dimana saya masih bingung habis kuliah mau kerja atau bisnis.
Yang terjadi biarlah sudah terjadi, tapi semangat perbaikan harus kita lakukan. Saya harus menjadi pribadi yang lebih baik. Kembli benang merahnya apa antara saya dan teman-teman. Sejauh ini yang saya dapat adalah sama-sama memberikan manfaat kepada sekitarnya. Dan untuk hal ini tidak perlu kita menjadi presiden atau orang terkaya sedunia. Dengan melakukan hal yang sederhana kita bisa memberikan manfaat yang luas. Seperti Bunda Theresia yang menolong para penderita kusta, Pak Sariban yang menjaga kebersihan kota Bandung dan lain sebagainya. Tidak diperlukan pemikiran yang cemerlang untuk melakukan hal itu asalkan dengan niat yang ikhlas, dikerjakan dengan sungguh dan konsisten itu akan memberikan manfaat kepada lingkungan. Inilah poin yang saya tangkap dari pembicaraan teman saya ini. Duh, tidak terbayang kalau surga ini hanya berdasarkan sedekah materi, maka surga hanyalah milik orang-orang kaya. Maka marilah kita berbagi manfaat dengan kemampuan yang kita miliki.
#DWC30
#Squad 1
#Jilid 10
#Day14
0 comments:
Post a Comment