Pernah tidak kita kehilangan saudara kita atau anggota keluarga kita? Kehilangan di sini bukan berarti mereka menjadi korban penculikan atau hilang tidak bisa pulang. Kehilangan ini berupa ketika kita mendapati anggota keluarga kita berbeda antara yang kita kenal dan orang lain kenal.
Saya pernah mengalami baik itu saya yang "dianggap hilang" atau mendapati saudara yang berbeda citra antara di rumah dengan di luar rumah. Saya mempunyai saudara yang jarak usianya hanya terpaut satu tahun dan kebetulan mengenyam pendidikan di sekolah yang sama. Karena sekolah yang sama jadi saya bisa mengenal teman-teman adik saya.
Citra adik saya yang terbangun di antara teman-temannya dengan di rumah bisa bertolak belakang. Dia dikenal orang yang humoris, ramah dan banyak bicara. Namun kalau di rumah kebalikannya. Jarang bicara. Bicara kalau ditanya saja. Boro-boro membuat lelucon, dia mau bicara kalau ditanya. Kalau tidak ditanya tidak pernah keluar suara sedikit pun.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Kita kembali ke pengertian keluarga itu apa. Berdasarkan departemen kesehatan Republik Indonesia tahun 1988 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dari sini keluarga mempunyai ciri-ciri* :
1. Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi.
2. Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka membentuk satu rumah tangga.
3. Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak dan saudara.
4. Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.
Setelah saya analisa mengapa kami pernah menjadi orang yang hilang atau kehilangan saudara sendiri ternyata penyebabnya di poin 3. Kami memang memiliki ikatan darah, berkumpul satu tempat. Namun interaksi dan komunikasi kita kurang. Kita lebih banyak berinteraksi dengan orang di luar rumah. Sehingga orang luar lebih mengenal kita dari pada anggota keluarnya sendiri. Hal ini bisa jadi karena waktu yang terbatas atau memang anggota keluarga tidak berperan dengan semestinya. Makanya pada satu acara keluarga, adik saya ini pernah curhat bahwa dia merasa keluarga ini dingin, tidak memberikan kehangan seperti yang ditawarkan di luar sana.
Kejadian ini menjadi bahan introspeksi diri kita semua. Mungkin orang tua kita yang merupakan produk lama memberikan saham dalam hal ini. Orang tua zaman dulu seperti itu: dingin, tidak ekspresif, jarang bicara. Tapi kita kita bisa menyalahkan siapa-siapa. Yang penting adalah kita berusaha mengembalikan anggota keluarga kita yang hilang. Kami mulai membuat sarana-sarana untuk membangun interaksi dan komunikasi sesama anggota keluarga. Arisan dan group whatsapp adalah satu upayanya.
Mudah-mudahan kita tetap bisa menjadi satu keluarga. Baik di dunia maupun di akhirat nanti. Dan jangan ada lagi yang menjadi anggota keluarga yang hilang.
#DWC30
#Squad 1
#Jilid 10
#Day16
0 comments:
Post a Comment