Di sebuah negeri, hiduplah seorang jutawan yang resah. Dia sedang merasa tidak enak makan. Semua makanan yang dihidangkan oleh para juru masaknya tidak membuatnya berselera. Padahal kokinya ini, konon katanya, jebolan master chef semua. Setiap maskan yang disajikan hanya dicoba satu dua sendok saja setelah itu dia tidak berselera untuk menghabiskannya.
Ketika berkonsultasi dengan dokter pribadinya, tidak ada gangguan apa-apa. Semuanya baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda sedang sakit. Namun mengapa sang jutawan hilang selera makannya?
Melihat kondisi sang kepala rumah tangga memerintahkan para juru masak untuk membuat makanan yang jauh lebih enak. Mencari resep makanan dari segala penjuru dunia. Mencari makanan dan minuman apa yang bisa menggugah selera makan sang tuan.
Mulailah para juru masak mencari-cari resep yang belum pernah mereka buat dan sajikan. Mereka mencari dengan bertanya ke seluruh chef di restauran-restauran ternama sedunia, memborong buku-buku resep dan mencoba membuat resep baru. Mereka bekerja siang dan malam terus-menerus demi sang tuan. Hingga pada suatu saat.
"Aku ingin makan."Kata sang jutawan memberi perintah ke kepala rumah tangga melalui interkom.
"Baik Tuan."Sebuah jawaban dari sana.
Biasanya dalam satu jam kemudian makanan sudah siap di meja makan, dan seorang pelayan akan memberi tahukannya dan dia pun akan dikawal seorang pengawal menuju ruang makan. Namun saat ini jam sudah satu jam lebih beberapa menit. Seorang pelayan pun belum datang.
"Ada apa ini?"Katanya dalam hati."Tidak seperti biasanya. Mungkin mereka sedang menyiapkan menu baru untukku."Kata sang jutawan dalam hati. Mencoba menghibur.
Satu jam sudah berlalu. Dua jam sudah berlalu. Sang jutawan merasakan sebuah gerakan di perutnya. Mula - mula hanya muncul sekali terus berhenti. Setelah itu muncul lagi. Dan terus-terusan.
"Rasa apa ini dalam perutku ini?"Kata sang jutawan."Dan aku belum makan juga dan sekarang sudah..."dia melihat jam tangan mahalnya.
"Apa? Aku hampir 3 jam belum makan!" Dia terkejut. Dia belum pernah mengalami seperti ini.
"Kepala Rumah Tangga! Cepat ke sini!" Teriaknya melalui interkom.
"Aa ada apa Tuan?"Sebuah jawaban penuh takut dari ujung sana.
"Pokoknya ke sini!"Bentak sang jutawan.
Tidak butuh 5 menit kepala rumah tangga sudah sampai. Kepalanya tertunduk, titik-titik keringat muncul di pelipisnya.
"Aku tadi minta apa?"
"Makan tuan."
"Kenapa belum ada sampai sekarang?"
"Mmmm...anu tuan."
"Anu apa?"
"Anu."
"Hahhh."Sang jutawan kehilangan kesabarang. Dia berjalan menuju ruang makan. Kepala rumah tangga mengejarnya.
"Tunggu Tuan. Tunggu."
Sang jutawan terus berjalan.
Dia memasuki ruang makan. Dia lihat di meja makan. Semua piring dan mangkok sudah tersedia, namun tak ada makannya. Dia meradang. Dia berjalan dengan cepat menuju dapur. Kepala rumah tangga mengejarnya.
"Brak!!!" Sang jutawan membanting pintu dapur. Semua koki yang sedang memasak terkejut. Tak ada satu suara pun yang keluar kecuali bunyi panci dan penggorengan.
"Mana makanannya?"Tanya sang jutawan dengan marah.
"Masih dimasak, Tuan."Jawab kepala rumah tangga.
Sang merah mukanya giginya bergemeletakan. Namun dia tidak bisa apa-apa. Dia pandangi seluruh ruangan. Tiba-tiba pandangannya terhenti di sudut daput. Di situ ada sebuah meja kecil dan ada seorang koki sedang makan dengan lahapnya.
"Hei! Kamu di saat aku sedang lapar kamu, kamu enak-enakan makan."Kata sang jutawan marah.
Sang koki terdiam. Dia tidak meneruskan makannya. Dia tampak pasrah kalau pun harus dihukum atau dipecat sekalian.
"Kamu makan apa?"Bentak sang jutawan.
"Nasi rames."Jawab sang koki dengan pelan.
"Nasi apa?"
"Nasi rames Tuan."
"Apa itu nasi rames?"Tanya sang jutawan. Suaranya mulai turun.
Belum sang koki menjawab, sang jutawan mengambil kursi dan mengambil sendok. Buru-buru kepala rumah tangga dan sang koki berusaha mencegahnya.
"Jangan Tuan!!!"Kepala rumah tangga dan sang koki teriak bersamaan.
Namun terlambat, sesendok nasi rames sudah masuk ke mulut.
"Mati aku!" Kata sang koki.
"Habis ini aku dipecat."Kata kepala rumah tangga.
Sang jutawan mengunyah nasi rames tersebut. Dia ambil sesendok lagi. Dikunyah lagi. Ambil sesendok lagi sampai habis nasi rames di depannya.
"Wah, enak sekali nasi rames ini. Siapa yang masak?"Tanya sang jutawan.
Sang koki tidak menjawab. Koki-koki yang lain tidak menjawab. Apalagi kepala rumah tangga.
"Kok tidak ada yang menjawab? Bukan kamu yang memasaknya?"
"Bukan Tuan."
"Lantas dimana kamu mendapatkannya?"
"Di warteg depan Tuan."
"Kok bisa seenak ini ya?"Kata sang jutawan keheranan.
"Mungkin karena Tuan sedang lapar." Kata kepala rumah tangga.
"Oh ya? Aku baru tahu sekarang." Kata sang jutawan yang seperti mendapatkan pencerahan.
#DWC30
#Squad 1
#Jilid 10
#Day22
0 comments:
Post a Comment