Ada satu kenangan yang tidak akan saya lupakan ketika duduk di bangku sekolah dasar (SD): tukang sulap masuk sekolah. Sampai sekarang saya tidak mengerti kenapa para tukang sulap itu datang ke sekolah kami. Mereka mengadakan pertunjukan dan kami semua senang. Mungkin para tukang sulap ini mau mengikuti trend pembangunan di zaman Orde Baru. Ada ABRI masuk desa. Hakim masuk desa. Makanya ada tukang sulap masuk sekolah. Maksa banget.
Menurut saya tukang sulap masuk sekolah ini tidak lebih dengan merambah pasar baru dalam mengais rezeki. Mereka bekerja sama dengan pihak sekolah untuk mengadakan pertunjukan dan mendapatkan bayaran.
Saya tahu mereka dapat bayaran karena seminggu sebelumnya para murid dimintai iuran oleh pihak sekolah. Prosentase berapa bagian untuk sekolah dan tukang sulapnya saya tidak tahu pasti. Bapak saya yang menjadi kepala sekolahnya tidak pernah bercerita. Tapi sepertinya sebuah hubungan simbiosis mutualisme. Buktinya hampir setiap tahun ada tukang sulap masuk sekolah.
Pertunjukan sulap biasanya diadakan pada hari sabtu setelah jam 9 pagi (zaman ORBA kegiatan sekolah dan bekerja belum ada yang 5 hari). Biasanya kami berkumpul di tanah yang lapang dekat sekolah. Dengan bermodalkan beberapa meja belajar dijadikan panggung dadakan para pesulap memainkan trik-triknya.
Para tukang sulap ini menyihir kami dengan kata-kata ajaibnya: sim salabim adakadabra. Setiap merapal mantra maka "keajaiban" terjadi (waktu itu belum ada Pak Tarno yang tenar dengan kata-kata : sim salabim prok-prok jadi apa!) . Kami yang belum pernah menonton acara magic biggest secret finally revealed terkagum-kagum sampai berfikir kalau ini adalah ilmu sihir.
Sulap itu palsu! Beberapa tukang sulap yang pernah pentas di sekolah kami selalu menyatakan itu. Ini untuk menegaskan bahwa sulap itu penuh dengan trik, murni kecepatan tangan dan permainan. Bukan ilmu sihir atau ilmu hitam. Untuk mendukung pernyataannya tukang sulap suka membocorkan trik sulapnya sperti permainan kartu, air yang berubah warna, benda menghilang dan trik-trik sulap sederhana lainnya.
Namun ada beberapa atraksi sulap yang saya fikir ada bantuan jinnya atau triknya yang sudah tingkat dewa sampai saya berfikir seperti itu. Pernah tukang sulap memotong-motong golong ke leher, lidah dan lengannya tapi tidak tergores sama sekali. Atau aksi yang lain dimana leher si tukang sulapnya diikat dengan tali dan ditarik-tarik penonton tapi tidak apa-apa. Mungkin ini kalau kejadiannya zaman now sudah viral di social media dan pihak sekolahnya kena teguran karena membiarkan anak-anak di bawah umur menonton ini.
Setelah semua atraksi selesai, kami semua merasa terhibur dan memang tukang sulap masuk SD ini hanyalah hiburan belaka. Dimana pada zaman saya SD hiburan masih sedikit, televisi masih hitam putih dan baru TVRI chanel-nya saja. Itu juga mulai jam 16.30.
Kalau mau mengkhayal, kegiatan tukang sulap masuk sekolah ini tidak hanya menghibur saja tapi juga menyulap warna merah di rapot menjadi biru, menyulap anak bodoh menjadi pandai. Ah, kalau ini mah para bapak ibu guru kami yang menjadi tukang sulapnya.
#DWC30
#Squad 1
#Jilid 10
#Day17
0 comments:
Post a Comment