Tuesday, March 15, 2011

Bukan Dendam

oleh : hasan abadi kamil

Ya Alloh, ternyata saya ini termasuk manusia juga, yang bisa menaruh dendam...

Ceritanya begini. Di sebuah kota yang dikenal kota pendidikan saya menempuh pendidikan tinggi saya. Waktu itu dalam tahun kesekian (karena gak lulus - lulus) saya pernah serumah dengan seorang teman sebut si X. Maksudnya di rumah itu tinggal beberapa teman, salah satunya si X tersebut.

Sebenarnya si X ini orangnya tidak berjudi, minum - minuman keras atau sex bebas. Dia juga tidak terlibat mafia persepakbolaan Indonesia ataupun mengemplang uang pajak. Dia rajin ke masjid, baca qur'an dan bangun tengah malam. Cuma satu yang saya tidak tahan dari si X : suka ngeselin.

Bentuk ngeselinnya, tidak perlu dibeberkan lagi, pokoknya ngeselin. Selain saya ada beberapa orang yang mengalami hal yang sama. Saking keselnya sama dia, saya memutuskan untuk pindah dari rumah kontrakan tersebut, mencari kontrakan yang lain.

Ternyata memang susah bersabar terhadap orang beriman itu. Kalau yang ngeselin itu tukang mabok, tukang keluyuran, jarang mandi dan sholat, mungkin hati ini masih bersabar. Maklum, namanya juga orang belum dapat hidayah, paling seperti ini kata - kata untuk menghibur.

Tapi akan sangat berbeda, kalau yang melakukan orang yang rajin melakukan ibadah. Rasanya tak ada alasan logis yang bisa memuaskan pertanyaan seperti ini : kok ini orang kelakuannya begini sih?

Bertahun - tahun, setelah akhirnya saya lolos, si X bekerja di sebuah perusahaan dan saya juga bekerja. Pada suatu ketika kami bertemu di sebuah kegiatan di daerah Ibu Kota. Karena pernah satu rumah, kami berbalas basa basi. Dia menceritakan soal kemampuan temannya dia (atau dia sebenarnya) soal dokumentasi (terkait dengan ISO 9001 : 2008). Mendengar ceritanya saya bergeming. Si X juga sempat menelpon atasan saya (atasan saya teman si X dan teman saya juga) menawarkan kemampuannya itu.

"Bagaimana?" suatu saat atasan saya bertanya. Maksudnya peluang bergabung si X ke tempat saya bekerja.

"Tidak Pak." Jawab saya pendek.

Atasan saya mengerti, dia juga tahu soal kelakuan si X.

Mudah - mudahan ini bukan dendam ya.



Safe Ngulek

Ketika mengulek cabe maka :

Langkah pertama seorang safety yaitu:

1. Analisa potensi bahaya.

Pekerjaan: mengulek cabe& bawang

Bahaya: membuat menangis

Yang terkadang luput dari perhatian kita yaitu mengenali bagaimana cara bahaya tersebut bekerja/terjadi. Kita perlu mengetahui elemen2 yang ada, route of entry/jalan masuk bahayanya, peralatan-material-dan proses yang terlibat, sehingga mitigasinya menjadi lebih efektif dan efisien.

Peralatan yang terlibat: ulekan, cabe

Cara kerja: manual handling

Bentuk bahaya: uap cabe (gas), cairan cabe (liquid)

Route entry: skin contact (melalui kulit tangan), inhalation (melalui pernafasan), absorption (melalui mukosa mata), digestion (ditelan).

Wajar saja mitigasi anda tidak efektif, karena sepertinya safety glass tidak mengatasi jalan masuk bentuk bahaya itu.

2. Evaluasi resiko.

Dinilai, apakah pekerjaan mengulek ini low risk – medium risk (bisa bikin serious injury) atau high risk (yang bisa mengancam nyawa) dihubungkan dengan kemungkinan/probabilitasnya yang likely (sangat mungkin).

Kalau tubuh masih sanggup mengelola bahayanya, sehingga tidak memberikan adverse health effect atau kalau tau NAB cabe, kemungkinan besar paparannya masih di bawah NAB -> Kategori low risk, ngga masalah tanpa control, toh tidak membahayakan/masih dapat ditolerir tubuh.

Tapi kalau dianggap medium risk atau bahkan high risk, misal untuk pekerja yang sensitive sehingga bisa menimbulkan reaksi alergi, susah bernafas/gagal pernafasan, luka bakar di kulit akibat reaksi dengan cabe yang keras –ini mah lebay- ya kita perlu rumuskan mitigasinya.

3. Pencegahan/kontrol/mitigasi.

Jangan sekali-kali langsung loncat ke APD (Alat Pelindung Diri) atau PPE!

Kita sebagai orang safety kudu konsisten ngikutin dan memperjuangkan tangga/hierarchy of control yang dimulai dari Engineering Control (eliminasi, substitusi, minimalisir, enclosure, modifikasi, dll), administrative control, safe work practices, baru terakhir ditambahkan APD.

Salah satu bentuk engineering control dalam pekerjaan mengulek yaitu: penggunaan blender untuk bumbu, karena biasanya ada tutupnya, menghindari kontak langsung, dll. Tapi perlu dianalisa juga, apakah penggunaan control ini bisa menambah bahaya baru semisal bahaya tersengat listrik, mekanik dari pisau berputar blender, dan tentunya disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan.

Administrative control, coba dimutasi –apa yang mas Wawang lakukan itu sudah bagus, bergantian dengan istri menerima paparan dari cabe. Atau coba lakukan pembatasan jam kerja ketika mengulek, misal hanya boleh ngulek selama 5 menit, kemudian istirahat supaya bisa menetralisir uap/cairan cabe.

Terakhir baru deh pakai APD. Untuk bahaya kontak kulit, pakai sarung tangan lateks/karet, jangan sarung tangan katun, karena cairan cabenya nanti masih bisa menembus. Kemudian pake google, usahakan yang tipenya untuk menghindari splash/cipratan dan terakhir, pakai respirator, mungkin bukan tipe masker debu (N95), melainkan masker yang pakai canister, untuk menyaring uap2 cabe. Tapi ini pun perlu direview efisiensinya. Bahayanya ngga seberapa (masih dapat ditolerir), tapi pencegahannya sudah heboh, bahkan terkesan over protective shingga malah menghambur2kan uang.

Kira2 begitu komentar saya ^_^v

sumber : milist K3_LH@yahoogroups.com