Tuesday, January 15, 2019

Cerita

Pasangan penyintas (survivor) jamaah haji di tragedi Mina 1990 pulang ke tanah air. Anak-anak dan seluruh saudaranya terkejut sekaligus menangis haru. Karena sebelumnya keduanya diberitakan termasuk korban yang tewas di tragedi itu.

"Baba sama Mak emang kemana, sampe enggak ketahuan petugas?"Salah seorang anaknya menanyakan fakta sebenarnya.
"Baba sama Mak lu, selamat. Kita nyasar di perkebunana di Arab."
"Pas nyasar makan apaan?" Tanya anaknya yang lain.
"Daun-daunan gitu. Tapi perasaan perut Baba kenyang bae."
"Kita kan di sini dah tahlilan. Bikin masakan kesukaan Baba. Ayam serundeng."
"Pantesan hari apa gua teurabnya bau serundeng."















penyintas = orang yang selamat

Thursday, January 3, 2019

Hari Gini Enggak Pernah Naik Ojek Online?


Saya percaya, Tuhan akan mengirimkan seseorang yang khusus untuk menolong kamu.

Sebulan yang lalu ponsel saya hilang di mobil travel dalam perjalanan Kebun Jeruk ke Dago Bandung. Sadar barangnya telah hilang ketika saya mau pesan ojek online. Merogoh isi saku celana dan isi tas, ternyata barangnya sudah tak ada. Putar balik lagi ke kantor travel untuk melaporkan, kantornya sudah tutup karena waktu sudah menunjukan jam satu pagi. Mobil travel yang membawa saya pun sudah pergi karena tidak parkir di situ.

Kepala ini berfikir keras bagaimana caranya agar bisa pulang ke rumah. Sempat terfikir mau naik angkot tapi tidak jadi. Jarak Simpang Dago ke Padasuka cukup jauh. Dan ingat ini pagi buta, belum tentu ada angkotnya. Akhirnya diputuskan untuk minta tolong ke siapa pun untuk dipesankan ojek online. Saya memilih ke Circle K yang ada di situ.

Dengan "mengorbankan" uang membeli sebotol minuman, saya mengutarakan niat ketika membayar di kasir.
"A, punten. Minta tolong dipesenin ojek online. HP saya hilang."
Dengan sigap sang kasir meminta temannya yang sedang bebas memesankan untuk saya.
"Sudah Pak. Sebentar lagi sampai. Nomor platnya adalah sekian sekian."
"Hatur nuhun."
Saya pun bisa pulang ke rumah pagi itu.

Modus tersebut saya coba terapkan lagi ketika saya sampai di Jakarta minggu malam berikutnya. Saya pergi ke Indomart dan membeli sebotol minuman dan sepotong roti.
"Mas. Minta tolong pesenin ojek online. HP saya hilang."
"Maaf, saya enggak punya aplikasi gojek. Saya bawa motor sendiri."Jawabnya singkat.
"Kalau grab?"
"Sama enggak punya."
Saya tidak percaya atas jawabnnya. Hari gini enggak pake gojek. Emang dia enggak pernah pake go-food apa? Tapi saya harus percaya.
"Kalau Mbaknya?"Saya tanya ke temannya.
Yang ditanya hanya menggelengkan kepala. Dengan rasa mangkel saya terima semua jawabannya. Saya pun keluar sambil menguyah-nguyah roti.

Tak lama kemudian saya putuskan untuk numpang sholat di musholla KFC yang tidak jauh dari situ. Saya berharap bertemu dengan orang baik di sana. Dan benar, doa saya terkabul. Ada seorang laki-laki usia 30-an sedang sholat. Saya tunggu di luar mushola sampai dia selesai sholat.
"Mas, maaf saya mau minta tolong. Tolong pesenin gojek. HP saya hilang."
"Maaf, saya enggak pasang aplikasi gojek. Memorinya sudah penuh.  HP-nya juga lagi di-charge. Saya ke sini sama anak istri."
"Kalau istrinya punya aplikasi gojek gak?"
"Sama enggak punya juga. Saya ke sini naik mobil."
"Emang mau kemana?" Tanya dia lagi.
"Ke daerah kampung baru."
"Kenapa enggak naik ojek biasa aja?"Dia mencoba memberi saran. Kirain mau mengantar saya menggunakan mobilnya. Hehehe kegeeran gua!
Saya menolak sarannya. Kalau naik ojek biasa, biasanaya ongkosnya mahal sekali dan belum tentu mau. Lelaki itu pun pergi meninggalkan saya. Setelah itu saya menunaikan sholat jamak takhir maghrib dan isya di musholla tersebut.

Setelah sholat saya pergi meninggalkan mushola. Tanpa sengaja mata saya menoleh ke orang-orang yang sedang makan di dalam KFC. Di salah saatu meja, Mas-mas tadi sedang makan bersama anak dan istrinya. Jujur, gua enggak komen apa-apa pas ngeliat dia nyuapin anaknya yang masih kecil ditemani istrinya.

Tanpa berfikir panjang lagi, akhirnya saya putuskan untuk mencoba naik kendaraan umum. Saya tanya ke tukang parkir yang ada di depan. Dia menunjukkan rute dan angkutan umum yang saya harus naiki.

Saya berdiri cukup lama di pinggir jalan menanti angkotnya lewat. Sempat terfikir untuk naik taksi saja. Namun taksinya tidak lewat juga. Kepala pun penuh dengan fikiran yang tumpang tindih.

Tiba-tiba sebuah ojek online, Grab kalau boleh disebut, berhenti di depan saya. Dia menurunkan penumpang di tujuan. Setelah selesai dengan penumpangnay saya mendekatinya.

"Bang, kalau ke kampung baru berapaan ya? HP saya hilang jadi enggak bisa pesan pake aplikasi."
"Wah terserah aja dah. Saya enggak tahu." Jawabnya sambil tersenyum.
"Dua puluh ribu ya?"
"Iya dah."
Saya pun naik diboncengnya.

Sejujurnya kalau malam-malam seperti ini, rute dari Binus ke Kampung Baru paling mahal lima belas ribu perak. Namun karena saking senangnya saya jadikan dua puluh ribu. Selama perjalanan, kami pun ngobrol ngalor ngidul tentang apa saja. Terima kasih Pak Ojek Online.

Dan buat kalian yang tidak bisa menolong saya, sampai hari ini saya berusaha percaya bahwa kalian memang enggak pernah naik ojek online.

#30hariberkarya
#Day02
#Menulisitukeren
#Kegiatantulismenulis

sumber gambar : pixabay