Monday, June 21, 2010

BOLA : Deutsch Anhänger von Cikarang*

oleh : hasan abadi kamil

Hari sudah jauh malam ketika sampai di terminal baru Cikarang. Sampai sekarang saya tidak mengerti dengan angkot-angkot di Cikarang. Dalam mencari penumpang, jarang sekali mereka mau ngetem giliran. Satu angkot ngetem, yang lain tunggu giliran. Yang ini tidak, semua angkot pada ngetem dan semuanya sibuk mencari penumpang.

Untungnya tidak terjadi gesekan ketika ini terjadi. Cuma satu yang dirugikan : para penumpang. Sebagai penumpang harus menahan sabar karena terkadang angkotnya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk ngetem. Saya sendiri pernah merasakan ngetem sampai setengah jam!

Biasanya yang rutin "berlangganan" angkot di Cikarang punya trik sendiri. Kalau ditawari, biasanya menolak, dan untungnya para calo dan supir itu tidak ngotot "memaksa" penumpang. Kita pura-pura berjalan, dan ketika ada angkot yang nyodok, langsung memberhentikannya. Kita terhindar dari waktu ngetem yang lama.

Tepat pada malam sabtu itu saya menyetop angkot K17 yang sedang buru-buru. Karena kosong, saya memilih duduk di depan di samping pak supir yang sedang bekerja, mengendarai angkot supaya baik jalannya :).

"Malam ini pembukaan piala dunia ya?" Tanya sang supir. Kalau dari perawakannya sudah berumur juga.

"Iya. Pak. Bapak dukung siapa?"

"Saya mah dukung Jerman." Dia menceritakan bahwa dia mendukung Jerman mulai dia mengerti sepak bola.

"Si Muller, Hasler. Pokoknya Er, Er nama pemain Jerman. Kalau Klose, Kuranyi itu kayaknya dari timur (mungkin maksudnya Eropa Timur)."

"Jangan-jangan nama anak Bapak juga ada Er-nya juga?" Tanya saya.

"Enggak. Susah manggilnya." For your information anaknya perempuan, tapi sedari kecil sudah dikasih seragam kesebelasan Jerman. Miroslave Klose dan Podolski bukan orang Jerman asli, mereka adalah orang Polandia. Bahkan ketika piala dunia 2006 di Jerman, Podolski "harus" menahan perasaan ketika menyarangkan bola di gawang Polandia, sementara orang tuanya duduk di barisan pendukung Polandia.

"Kenapa sih Bapak suka sama Jerman?"

"Wah saya mah gak tahu. Pokoknya resep aja ama Jerman. Mainnya kaku.  Saya kalau nonton liga Inggris atau Itali kalau ada orang Jermannya pasti saya dukung. Kayak si Bierhoff di Udinese, saya tonton. Terus kayak Lehman di Arsenal, saya dukung."Tandasnya."Saya juga suka ama Michael Shcumacher yang balapan itu. Terus saya juga seneng Boris Becker sama Stefi Graff. Dulu pas masih maen saya suka nonton."

Hei, hei, nih orang benar-benar pendukung Jerman sejati. Termasuk dia suka sama Scorpion, weleh..weleh.

"Kalau boleh masang lambang Nazi, saya pasang." katanya. Saya tertawa. Di Jerman lambang swastika Nazi itu sama haramnya dengan lambang palu arit di Indonesia.

"Dan saya paling enggak suka sama Belanda!" Tambahnya lagi. Saya tertawa keras, karena saya pendukung setia Belanda.

*Pendukung Jerman dari Cikarang

BOLA : Ik Hasan van Bekasi

oleh : hasan abadi kamil

Pengaruh olahraga sepakbola dunia memang begitu dahsyatnya. Selama penyelenggaraan World Cup di Afrika Selatan, segala sesuatu tidak lepas dari si kulit bundar tersebut.

Dan perlu diketahui, yang ikut-ikutan meramaikan acara ini tidak hanya mereka-mereka yang negaranya berpartisipasi di sana. Negara yang masih bermimpi untuk ikut piala dunia pun tidak mau ketinggalan.

Dan hari ini pun, kita mengklaim Kaka sebagai orang "kita". Lionel Messi juga sebagai orang "kita". Begitu juga dengan Van Persie dan Honda diklaim juga sebagai orang "kita". Hari ini ada sebagian orang Indonesia menjadi pendukung Jerman, Inggris, Perancis, Argentina dan negara-negara yang berlaga di piala dunia. Terkadang dalam berbagai forum, baik dan nyata, kita ikut-ikutan "bermusuhan". Dan saya adalah pendukung setia Belanda. Ik Hasan van Bekasi. Saya Hasan dari Bekasi

Friday, June 18, 2010

Kepemimpinan adalah Segala-galanya

oleh : hasan abadi kamil

Di sebuah perusahaan manufacturing di sebuah kota industri di negara Indonesia sedang diterapkan 5S. 5S itu terdiri dari :

Seiri

Seiton

Seiso

Seiketsu

Shitsuke

Untuk memudahkan lidah orang Indonesia biasanya ditransform menjadi 5R, yaitu :

Ringkas

Rapi

Resik

Rawat

Rajin

Namanya menerapkan program baru pasti ada tingkat pertumbuhan yang berbeda di setiap bagian. Pada bagian packing, para karyawannya membersihkan, menyapu dan mengelap tempat kerjanya sendiri setiap selesai bekerja. Mereka menerapkan S yang ketiga seiso atau resik. Padahal sebagaian besar karyawannya adalah laki-laki (1).

Sang boss yang kagum kemudian memanggil dan bertanya kepala bagian tersebut.

"Kenapa anak buahmu mau nyapu sendiri?"

"Karena yang mula-mula nyapu saya. Akhirnya mereka ngikutin sendiri."

Sang boss hanya manggut-manggut.

(1) di masyarakat kita suka ada pembagian kerja domestik. Kalau laki-laki itu gak pantas nyapu dan ngepel. Padahal Nabi menjahit baju sendiri.

Monday, June 7, 2010

Kapan Perguruan Tinggi Banyak Mencetak Entepreneur?

oleh : hasan abadi kamil

Pernah dalam satu kesempatan, saya ngobrol dengan kakak kelas yang dulu sama-sama kuliah di Bandung. Kami bicara tentang apa saja : mulai dari pekerjaan, usaha, temen-temen yang ngambil S2 dan S3 dan lain-lain.

"Kok departemen (baca jurusan) kita banyak nyekolahin ke luar (negeri)?"

"Iya. Departemen kita banyak menghasilkan lulusan S2 dan S3 tapi sedikit sekali menghasilkan lulusan yang berjiwa entepreneur."

Boleh dibilang tempat kami kuliah aktif menawarkan kesempatan kepada para lulusan S1 untuk ngambil S2 dan S3 baik di kampus sendiri maupun ke luar. Padahal mereka tersebut belum tentu akan menjadi dosen atau peneliti. Kalau menurut saya, jarang sekali perusahaan di Indonesia yang membutuhkan calon karyawan dengan latar belakang pendidikan S2 maupun S3.

Saya tidak memandang sebelah mata upaya ini, tetapi saya (dan beberapa teman) berfikir kenapa selain sibuk menghasilakn para master dan doktor kenapa tidak mencoba menghasilakan para entepreneur? Agar para lulusan tidak hanya menjadi pencari kerja seperti saya ini. Apalagi jumlah lapangan kerja yang tersedia sekarang lebih sedikit dengan para pencari kerja. Belum lagi para penggangguran terselubung yang ada di mana-mana.Dan tentu upaya itu dimulai dari kurikulum yang akan diajarkan kepada para mahasiswa.

Haji Gusur

oleh : hasan abadi kamil

Kalau dari silsilah saya merupakan "campuran" dua suku. Bapak Sunda, Emak Betawi. Walau pun lahir di daerah Subang, namun sebagian besar hidup saya dibesarkan oleh sosio-kultural Betawi di daerah Bekasi.


Bekasi yang merupakan daerah penyangga Jakarta, memiliki perbedaan walau pun sama-sama kultur Betawi. Bahasa kerennya kalau betawi di Jakarta disebut betawi pusat sedangkan yang di pinggiran Jakarta disebut betawi pinggiran.


Kalau diperhatikan ada perbedaan kosa kata dan dialek antara pusat dan pinggiran. Untuk betawi pusat biasanya bicaranya banyak diakhiri oleh bunyi "e". Kalau betawi pinggiran tidak melulu diakhiri bunyi "e". Apalagi untuk daerah Cikarang sudah ada tambahan kosa kata yang berasal dari Bahasa Sunda.

bahasa indonesia              betawi pusat                  betawi pinggiran
bapak                                  babeh                              baba
ibu                                       nyak                               emak
kesenian lenong                     lenong                            topeng
saya                                   aye, gue                          saya, gua

Orang Betawi sebenarnya agamis (baca Islam). Ini bisa dilihat dari upacara pernikahan dan khitanan. Maka tak heran kalau seseorang sekaliber M. Natsir pernah berkata, jarang sekali ditemukan orang betawi beragama di luar agama Islam.


Salah satu cita-cita orang Islam adalah menunaikan rukun Islam yang ke-5, pergi haji , menjadi tamu Alloh di Mekkah. Ini juga merupakan impian orang-orang betawi. Maka tak heran kalau ada seorang pelawak dari group Limau pada audisi API di TPI salah satu cita-citanya, kalau menang kontes, adalah memberangkatkan kedua orang tuanya untuk pergi haji.



Dalam rangka naik haji, salah satu caranya adalah dengan menjual banda (harta) yaitu tanah (kalau yang punya tanah).



Pada tahun 80-an sampai 90 awal, seiring berkembangnya kota Jakarta maka dibutuhkan daerah industri dan perumahan di pinggiran Jakarta. Diliriklah daerah sekitar Tangerang dan Bekasi. Maka di saat itu banyak bermunculan Haji Gusur. Yaitu orang yang menunaikan ibadah haji karena setelah mendapatkan biaya penggantian penggusuran. Makanya dalam ceramah-ceramah ratiban orang yang mau pergi haji, Pak Ustad selalu menekankan ada tiga surat yang diperlukan untuk naik haji. Satu surat al-fatihah, kedua surat al-baqarah dan yang ketiga adalah surat tanah.



Dalam menunaikan ibadah ini mereka tidak berfikir setelah pulang dari Mekkah mau ngapain, soalnya kebun dan sawahnyasudah digusur dan duitnya sudah habis untuk naik haji. Biasanya dengan mantap mereka berkata, tidak ada yang miskin karena pergi haji (walau pun sawah ladangnya sudah berubah menjadi perumahan dan industri). Semangat beragama-nya lah yang menjawab ini.



Engkong dan nenek saya termasuk dalam angkatan haji gusur, sedangkan emak bapak saya sudah tidak termasuk lagi. Karena sudah tidak ada lagi sawah dan kebun yang bisa dijual untuk naik haji.



Seiring beralihnya tanah-tanah dari pribumi ke pendatang maka seharusnya bergeser pula cara mendapatkan biaya untuk menunaikan haji. Seiring perkembangan zaman maka orang-orang betawi harus bisa menyesuaikan juga dengan perubahan zaman, ikut dalam kemajuan pembangunan dan ekonomi. Jangan hanya menjadi penonton kesuksesan orang lain. Pergi hajinya tetap ada, tetapi cara mencapainya bisa berbeda, asal halal. Setelah era haji gusur berakhir maka digantikan dengan haji biaya sendiri, haji karena nabung , haji karena keuntungan usaha dan lain-lain.


epilog
#1
Teman saya, seorang supir, mempunyai seorang boss, yang kebetulan bukan orang betawi. Sambil menyetir dia mendengarkan "suara" majikannya. "Lihat orang betawi kerjanya cuma nongkrong-nongkrong saja. Bagaimana bisa maju."
Teman saya hanya terdiam.
#2
Kebetulan abang saya ada yang kerja di Pertamina karena dia tukang insinyur. Dia mempunyai supir di kantor yang sama-sama orang betawi. Dia tampak bangga ketika ada orang betawi bisa masuk pertamina lewat jalur insinyur bukan supir seperti dia. Dia cuma bilang, coba bapak saya semaju pikiran bapak. mungkin saya tidak jadi supir.
#3
Dulu pas kuliah di Bandung saya ketemu dengan seorang pemuda dari Gabus (masih kabupaten Bekasi, dari Tambun  ngalor terus lewat kampung Siluman, terus aja jangan belok-belok nah nanti juga ketemu). Dia tidak percaya kalau saya bisa kuliah negeri di Bandung. Dia fikir saya anak lurah dan pake duit pelicin. (lurah dari Hong Kong. Bapak Kita mah cuma guru SD. Tahu sendiri kan gaji guru berapa)

catatan :
kalau dirasa ada subyektifitas yang kental, mohon dimaafkan karena ini bukan tulisan ilmiah yang melalui riset mendalam dan didukung data yang penuh. Ini hanya tulisan sejauh pandangan mata saya.(yang bisa aja kelilipan)

Prospek Pekerjaan Lulusan Kimia

oleh : hasan abadi kamil


Lu sebaiknya wiraswasta aja…”


Memang kenapa?”


Soalnya lowongan kerja buat lulusan kimia sedikit sekali.Coba Lu liat lowongan kerja di koran. Kalau buat jurusan teknik sih banyak”


Pernyataan seperti di atas pernah terlontar dari seorang kawan. Seorang lulusan kimia akan sangat sulit mencari kerja. Pilihannya tidak lain kerja di laboratorium, jadi pengajar (dosen atau guru) atau sekolah lagi2!

Kalau mau iseng-iseng mengadakan survey, maka bisa disimpulkan hanya sedikit para calon sarjana kimia yang sudah mempunyai gambaran akan kerja di bidang mana (masalah nanti diterimanya di bagian apa, itu lain soal). Ya bisa dibilang seorang lulusan kimia jarang tahu dia akan bekerja di mana nantinya.


Padahal kalau kita menelaah lebih dalam range jenis pekerjaan seorang lulusan kimia itu begitu luas, baik yang berhubungan langsung maupun tidak dengan kimia. Bahkan kita pun bisa bersaing dengan ”saudara sendiri” di farmasi atau teknik kimia! Karena apa-apa yang dipelajari di departemen kimia begitu luas.

Fakta di lapangan ada alumni menjadi peneliti di LIPI, BPPT, ada yang bekerja di oil company, bekerja di perusahaan water treatment dan pengolahan limbah, Quality Control, formulator di perusahaan obat dan kosmetik, menjadi seorang bankir, seorang programer, marketing, bahkan yang membuka lapangan pekerjaan sendiri pun tidak sedikit.

Ada beberapa hal yang membuat hal ini terjadi.


  1. Kurangnya gambaran masa depan yang bisa diperoleh seorang mahasiswa kimia di departemen. Kalau pun dapat itu atas usaha sendiri. Kita bisa belajar dari departemen matematika ITB yang mengadakan mata kuliah profesi. Isi kuliah tersebut adalah tentang gambaran bidang pekerjaan yang bisa digarap oleh seorang lulusan departemen matematika. Metode pembelajarannya adalah presentasi dari para alumni yang sudah bekerja di berbagai bidang. Baik itu ada hubungannya dengan matematika atau tidak.



  2. Luasnya yang dipelajari di departemen kimia. Saking luasnya kita bingung ingin expert di mana. Ditambah lagi kurangnya kuliah yang bersifat terapan. Sebagai contoh adalah departemen farmasi (sekarang sudah jadi fakultas sendiri) sudah ada kuliah yang spesifik tentang obat dan kosmetik. Khusus kosmetik mereka sudah ada kuliah tentang mengetahui apakah formula kosmetik tersebut bisa ”terjadi” atau tidak. Pengenalan alat-alat pengolahan kosmetik dan metode identifikasi dari kosmetik. Baik itu memakai instrumen atau yang sederhana. Sebagai contoh kalau seorang masuk perusahaan kosmetik akan ditanya, bagaimana caranya mengetahui produk cream yang baik? Tidak memakai instrumen GC atau instrumen yang lain. Jawabnya cukup sederhana : Cukup dilihat hasilnya pecah atau tidak seperti pecahnya santan kelapa. Dan hal itu diajari di kuliah-kuliah mereka. Padahal kalau dilihat kasus-kasus di perusahaan kosmetik, banyak hal-hal yang bisa dipecahkan lebih mengena oleh seorang lulusan kimia. Namun karena kurangnya kuliah bersifat terapan maka itu membuat para lulusan kimia berguguran di awal atau kalau masuk harus bekerja ekstra keras untuk mengejar ketertinggalannya. Tak sedikit cerita kita dengar ketika mereka mentok di pekerjaannya, lulusan kima-lah tempat yang tepat untuk bertanya.


Selain mengadakan kuliah keprofesian dan kuliah yang bersifat terapan, solusi lain yang bisa diterapkan adalah menjalin hubungan yang erat antara departemen kimia dengan para alumni. Di sinilah kiranya forum ikatan alumni bisa berperan. Bagi seorang alumni kimia yang bekerja di bidang proses pasti akan merekomendasikan adik-adik kelasnya dibandingkan para lulusan teknik, karena berdasarkan pengalamannya lulusan kimia tidak kalah juga. Atau seorang alumni yang bekerja di perusahaan kosmetik akan memilih adik angkatannya karena untuk mereformulasikan produk kosmetik, lulusan kimia sama hebatnya dengan lulusan farmasi. Ada seorang sarjana kimia bekerja di bagian logistik di chemical company milik PMA karena asdir-nya lulusan kimia. Mudah-mudahan dasar pemilihan ini bukan atas dasar ”sependeritaan seperjuangan” melainkan karena kompetensi yang mumpuni. Dan yang paling luar biasa adalah ketika seorang lulusan kimia bisa membuka lapangan pekerjaan.

Tulisannya bagus juga. Kenapa gak diomongkin ke departemen?”


Jangan saya deh.”


Kenapa?”


Kalau saya yang ngomong kebanting.”


Kenapa?”


......”



Catatan :


1 Penulis adalah alumni kimia angkatan 97 (eks NIM 10597012). Butuh enam tahun untuk lolos. Sekarang bekerja di perusahaan kosmetik nasional di bidang yang berhubungan dengan quality management system.

2 Pernah dalam kasus yang ditemukan setelah lelah mencari pekerjaan, banyak memutuskan untuk mengambil S2.

Nomor Barcode and Made In

FYI,...

Seluruh dunia kini nampaknya mengambil jarak dengan produk (terutama susu atau makanan) buatan China. Ditengarai adanya ulah (apakah dari produsen atau dari retailer atau pihak tertentu lainnya) yang tidak menampakkan atau tidak menunjukkan "Made In China" atau "Made In Taiwan" karena takut produknya gak dibeli. Tapi dengan mudah kita bisa mengenali dari barcode-nya. Barcode dengan awalan 690, 691 atau 692 adalah made in China. Sedangkan barcode dengan awalan 471 adalah made in Taiwan. Merupakan 'hak azasi manusia' untuk mengetahui hal ini, tetapi 'pendidikan masyarakat' tentang hal ini tidak (belum) dilakukan oleh pemerintah atau departemen terkait. Oleh karenanya kita harus berusaha mengetahui hal tersebut dan menginfokannya ke orang-orang yang kita sayangi.

00-13: USA & Canada

20-29: In-Store Functions

30-37: France

40-44: Germany

45: Japan (also 49)

46: Russian Federation

471: Taiwan

474: Estonia

475: Latvia

477: Lithuania

479: Sri Lanka

480: Philippines

482: Ukraine

484: Moldova

485: Armenia

486: Georgia

487: Kazakhstan

489: Hong Kong

49: Japan (JAN-13)

50: United Kingdom

520: Greece

528: Lebanon

529: Cyprus

531: Macedonia

535: Malta

539: Ireland

54: Belgium & Luxembourg

560: Portugal

569: Iceland

57: Denmark

590: Poland

594: Romania

599: Hungary

600 & 601: South Africa

609: Mauritius

611: Morocco

613: Algeria

619: Tunisia

622: Egypt

625: Jordan

626: Iran

64: Finland

690-692: China

70: Norway

729: Israel

73: Sweden

740: Guatemala

741: El Salvador

742: Honduras

743: Nicaragua

744: Costa Rica

746: Dominican Republic

750: Mexico

759: Venezuela

76: Switzerland

770: Colombia

773: Uruguay

775: Peru

777: Bolivia

779: Argentina

780: Chile

784: Paraguay

785: Peru

786: Ecuador

789: Brazil

80 - 83: Italy

84: Spain

850: Cuba

858: Slovakia

859: Czech Republic

860: Yugoslavia

869: Turkey

87: Netherlands

880: South Korea

885: Thailand

888: Singapore

890: India

893: Vietnam

899: Indonesia

90 & 91: Austria

93: Australia

94: New Zealand

955: Malaysia

977: International Standard Serial Number for Periodicals (ISSN)

978: International Standard Book Numbering (ISBN)

979: International Standard Music Number (ISMN)

980: Refund receipts

981 & 982: Common Currency Coupons

99: Coupons

a/a/n

Mensiasati Pemakaian APD pada Karyawan

oleh : hasan abadi kamil

Pemakaian Alat Pelindung Diri (selanjutnya disingkat APD) kepada karyawan termasuk susah-susah gampang. Padahal tujuannya adalah untuk melindungi kesehatan dan keselamatan kerja mereka. Namun tetap saja ada alasannya untuk melanggarnya: mulai dari lupa,  panas, gerah, gak nyaman dan lain-lain.

Selama ini setiap karyawan yang tidak memakai APD ditegur oleh atasannya masing-masing. Setelah ditegur biasanya mereka "inget" untuk sementara. Dan biasanya kalau atasannya berlalu, mereka akan kembali ke "asalnya".

Lama-kelamaan capek juga mengingatkan terus menerus. Memangnya tidak ada pekerjaan lain. Akhirnya seorang karyawan mengusulkan sebuah saran yang cukup jitu: Setiap karyawan yang kedapatan tidak memakai APD, difoto dan fotonya dipasang di papan pengumuman yang mudah dilihat oleh semua orang.

Saran tersebut kemudian dilaksanakan. Dalam sebuah inspeksi berhasil mendapatkan beberapa "korban". Jepret! Jepret! Gambarnya juga berhasil didapat. Keesokannya, foto-foto "korban" dicetak dan dipajang di papan pengumuman. Mereka yang merasa fotonya dipajang langsung merasa malu, walau pun teman-temannya tidak ngerasani.

Alhamdulillah setelah "pemotretan" pertama kali, para karyawan boleh dibilang setia dengan APD.