Saturday, December 18, 2010

TEMAN

oleh : hasan abadi kamil

"Eh... kayak dulu di KOSAN ya." Katanya seolah-olah dia baru menyadari bahwa bumi itu tidak bulat benar.

Baru saja saya dan seorang teman di kampus bercakap-cakap via telepon. Khas mahasiswa; masih muda dulu. Ngalor-ngidul, menyikut segala aspek dari yang penting sampai yang abal-abal.

Setelah menjalani dunia kerja, terkadang rindu ngumpul-ngumpul dengan teman dulu. Ngobrol sampai pagi. Membicarakan tentang apa saja: yang terpenting bisa memacu nalar dan mendapatkan pencerahan. Terasa berdenyut-denyut otak ketika mencerna semua isi obrolan.

Dan hal itu menjadi barang mahal. Saat sekarang tak ada aktivitas yang tidak added value. Seolah-seolah ketulusan itu sebuah alien yang datang ke muka bumi. Sekarang orang berteman lebih bermotif. Hikmah hadits bahwa silaturahmi itu mendatangkan rejeki dan memanjangkan umur-umur benar-benar dilakukan. Orang mengontak kita, sebagian, karena berharap ada peluang untuk menjual service atau product-nya, atau dapat opportunity lainnya. Pokoknya benar-benar kegiatan yang ada "nilainya". Jangan harap semuanya karena berteman belaka. Beberapa kali karena tidak ter-follow up, tak ada lagi silaturahmi susulan.

Tulisan ini dibuat pun ketika saya menyadari ketika dulu seorang teman asrama pernah berkata : teman yang benar-benar tulus adalah teman yang kau dapati ketika sekolah/ kuliah. Dan benarnya sejak lulus kuliah saya belum mendapatkan teman baru apalagi sahabat.

Hmmmm..... bisa juga saya menjadi bagian dari ini semua.

Saturday, December 11, 2010

Sampingan; Sabetan

oleh : hasan abadi kamil
Seorang kawan lama menyodorkan saya sebuah bentuk usaha plus hitungan-hitungannya (yang sejujurnya saya tidak mengerti). Dia mengajak saya untuk bergabung.
Walau pun saya belum menjawan "YA" atau "TIDAK" sedikitnya telah membuat saya ngeh. Saya ini bukan PNS atau anak orang kaya nomor 1 di dunia. Seenak-enaknya kerjaan sekarang; sebaik-baiknya boss sekarang, suka tidak suka tak akan ada artinya kalau tempat bekerja saya ditutup dengan berbagai alasan. Tidak ada keamanan di sini. Seperti krisis keuangan yang menyerang Amerika dan Eropa telah menciptakan trend baru : pengangguran baru.
Untuk itu saya sudah harus berfikir untuk mencari sabetan atau sampingan, sebagai sekoci pengaman, syukur-syukur jadi kapal induk. Tentunya dengan tidak mengurangi kewajiban sebagai karyawan sekarang. Start to think.

Saturday, December 4, 2010

Petualang Sebenarnya

oleh : hasan abadi kamil

Seorang teman kerja yang masih lajang dengan antusias menceritakan petualangannya di salah satu pulau di Kepulauan Seribu.

"Coba aja lihat ke FB saya. Di sana di upload foto-fotonya." Promosinya dengan wajah berbinar dan bangga. Boleh dibilang teman saya ini senang berpetualang. Beberapa kali kota-kota di Pulau Jawa menjadi sasaran kegiatan back packer-nya.

Bagi saya model teman seperti saya ini tidak keren. Hidup menembus hutan, menyusuri gunung, terkatung-katung di kota orang dan lain-lain. Begitu juga dengan acara-acara petualangan di tivi atau extraordinary semacam Andai Aku Menjadi. Apalagi kalau jauh dari peradaban dan kenyamana teknologi semisal internet dan facebook.

Sebagian besar para petualang itu hanyalah ingin escape dari rutinitas sehari-hari dengan cara mampir ke tempat dan kehidupan yang tidak mereka datangi dan jamah. Dengan kata lain tak ada bedanya dengan piknik di kebun binatang. Sebagai bukti cukup sebuah pertanyaan sederhana apakah Anda ingin itu sebagai rutinitas sehari-hari?

Bagi saya petualang sejati adalah orang-orang yang menjalani hidup sehari-hari dengan bersabar dan berusaha tetap menjadi manusia seutuhnya dalam rutinitas (gile basa gue lebay banget).

 

Lead By Example

oleh : hasan abadi kamil

Di sebuah jumat siang, begitu selesai menyalami saya dan mertua saya di halaman mesjid Mekar Indah Cikarang Baru, dia buru-buru menuntun sepedanya menuju rumahnya.

"Saya makan siang dulu, abis itu harus masuk kantor lagi sebelum jam satu. Saya lead by example. Saya ingin anak buahnya saya tidak telat masuk, ya saya juga jangan telat."

Saya salut atas sikap bapak itu. Saya tahu arti lead by example; ibda bi nafsik; ing ngarso sing tulodo atau guru kencing berdiri, murid kencing berlari.

Jangan pernah berharap sebuah perubahan yang diharapkan kalau dari sang pemimpin tidak memulainya dari dirinya sendiri.

"Kalau gua sih biasa masuk jam setengah delapanan" begitu kata teman ketika tahu kebiasaan saya masuk kerja sebelum jam tujuh pagi. Padahal jam masuk di tempat kerja saya dan pabrik dia sama - sama tujuh pagi waktu indonesia barat (WIB). Terakhir saya dengar dia "terpaksa" masuk sebelum jam tujuh pagi, karena anak buahnya ikut-ikutan telat seperti bossnya.
Dalam sebuah perubahan perlu sebuah sample atau contoh sehingga orang-orang sekitarnya bisa mengikuti perubahan itu. Ketika turun perintah sholat Nabi Muhammad SAW bersabda sholatlah seperti aku sholat. Dia mencontohkan bagaimana wujud sholat itu didirikan.

Pernah suatu saat Nabi memerintahkan mencukur rambut, memotong hewan kurban dan bertakbir. Namun tak ada seorang sahabat dan pengikutnya melakukan apa yang diperintahkan. Dengan sedikit kecewa dia kembali ke dalam tenda dan curhat ke istrinya.

Istrinya hanya menyarankan agar Kanjeng Nabi melakukan terlebih dahulu. Nabi pun mengikuti saran istrinya. Dia keluar tenda dan mencukur rambut, motong hewan kurban serta bertakbir. Setelah itu para sahabat dan pengikutnya melakukan apa yang dilakukan nabi.

Benar ungkapan seeing is believing; kalau kagak tahu juntrungannya kagak bakalan ngerti dan mau melakukan. Sama seperti halnya yang dialami oleh seorang teman yang ingin tempat kerjanya menerapkan visual control tapi belum terlaksana juga karena dia belum bisa ngasih contoh bagaimana hal itu diterapkan di lingkungan kerja.

Makanya saya sempat termenung ketika membaca status seorang teman SMA yang berbunyi banyak orang ingin mengubah dunia, namun lupa untuk mengubah dirinya.