Friday, October 5, 2012

AKTIVIS

oleh : hasan abadi kamil*



Pengertian Aktivis

Secara bahasa aktivis; aktifis; berasal dari kata aktif. Aktif artinya tidak pasif. Berarti kalau pasif artinya tidak aktif.

Secara pengertian aktivis itu adalah orang yang mengaktifkan diri di luar aktivitas utamanya. Misal ketika dulu di kampus, kalau baru berkenalan pertanyaan standarnya : aktif di mana? Nanti ada yang bilang saya aktif di keluarga mahasiswa, himpunan, unit, salman dan lain – lain. Jadi kalau mahasiswa teknik kimia aktif di masjid salman ITB, maka dia disebut aktivis salman. Dia mengaktifkan diri di masjid Salman di luar sebagai mahasiswa teknik kimia.

Biasanya jawaban lain dari aktivis di kampus adalah jurusan teknik kimia unit catur (misal). Namun karena terlalu aktif suka dibalik, jurusan catur unit teknik kimia. Jadi terlalu aktif juga tidak baik.

Nah akan bingung kalau pas jawabannya : saya mah pasif. Tidak aktif di mana – mana. Berarti dia itu pasivis dong. Masih bertambah bingung kalau ada yang bilang : saya pasivis. Saya pasivis demokrasi. Saya pasivis HAM dan sebagainya. Dan sebagainya.

Arti yang lain dari aktivis; aktipis adalah seorang yang berbadan tipis. Lawan dari aktipis adalah aktebal. Aming itu eks pemain extravaganza itu aktipis. Mosidiq, stand up comedian dari Bandung itu aktebal. Kalau tidak percaya googling aja sendiri he he he.

Secara makna aktivis itu adalah orang yang berbadan tipis, yang mengaktifkan diri di luar aktivitas utamanya. Biasanya mahasiswa yang jadi aktivis itu tipis; kurus – kurus badannya. Ya pasti kurus sudah tahu masuk kuliah susah, belajarnya susah malah menambah “beban” dengan mengaktifkan diri di luar kuliah. Apalagi makannya juga gak nambah – nambah. Pemasukan lebih kecil dari pengeluaran. Makanya jadi kurus.

Definis Ulang Arti Aktivis

Puisinya Homerus di atas adalah puisi yang selalu diulang – ulang oleh Soe Hok Gie. Dan kita tahu dia dapat nomor dua. Orang yang beruntung adalah yang mati muda. Bukan berarti nanti yang namanya untung harus mati muda. Itu mah urusan Gusti Alloh SWT.

Kalau dia tua, pasti jadi b*j*ng*n (sensor).” Kata teman saya yang aktivis dan aktebal.

Cerdas juga teman saya ini. Kalau difikir – fikir maknanya cukup dalam. Ketika muda, seseorang dengan idealisme tertinggi maka dia akan memberikan segala pengorbanan untuk yang diyakininya. Kuliah ngulang, telat lulus, DO, diputusin pacar, dipenjara sampai mati. Ketika masih muda orang tidak ada kepentingan apa – apa. Belum mikirin cari uang, belum mikirin anak istri dan lain – lain. Jadi masih murni. Maju terus pantang mundur.

Setelah lulus kuliah dan mengalami kehidupan luar banyak aktivis yang berubah. Ada yang jadi aktebal. Ada yang Karena sudah ada pasangan hidup “yang menebalkan”. Ada yang menjadi “orang biasa – biasa saja”. Demo dan diskusi sampai malam cukup jadi romantika dan bahan nostalgia ketika temu alumni. Ada juga yang terjun di partai politik menjadi anggota DPR atau masuk ke dalam pemerintahan. Untuk yang ini alasannya macam – macam. Ada yang “banting stir” karena politikus menjadi satu – satunya kompetensi dia dalam CV. Ada juga yang ingin memperbaiki dari dalam. Kalau sudah begini mah maju perut pantat mundur.

Bagi Soe Hok Gie, sebagai orang mahasiswa ; aktivis diibaratkan seperti seorang koboy. Dia datang ke kota untuk menghabisi para penjahat dan perampok di kota. Setelah aman, maka dia akan pergi sambil menyanyi “a lone poor”. Setelah gonjang – ganjing selesai para aktivis kembali ke pos masing – masing tidak masuk dalam politik. Maka dia mengirimi bedak dan gincu kepada teman – temannya yang memilih masuk “sistem”.

Bagi saya menjadi aktivis tidak harus jadi anggota partai politik, atau bikin LSM. Seorang bisa menjadi aktivis dimana saja asalkan dia memperjuangkan nilai – nilai kebaikan untuk semuanya. Seorang ayah yang bekerja keres dan gaji pas – pasan akan menjadi aktivis ketika memberi nafkah anak istri dengan yang halal. Seorang pengusaha menjadi aktivis kalau dia melihat pekerjanya sebagai aset utama dan memanusiawikan. Bahkan dia juga tetap aktivis sesungguhnya di parlemen kalau terus memperjuangkan nasib rakyat. Dia tetap aktivis Islam selama masih memperjuangkan syariat dan khilafah. Jangan melacurkan diri seperti yang ada.

Kalau begini saya aktivis keluarga. Karena keluarga yang baik akan menghasilkan bangsa yang baik.

*pasivis, pengamat temen – temennya yang jadi aktivis