Monday, November 14, 2011

MATI

Kemarin gw dapet kabar duka dari seorang teman di SMP. Dua orang kawan telah mendahului kita menghadap-Nya. Satu orang namanya Ari bin Kwatin, temen di SDN Siluman Raya. Dan satu lagi Arni, temen di  SMPN 1 Tambun Selatan. Ari meninggal karena komplikasi mag akut dan lever. Sedangkan Arni karena kanker otak.

Nama - nama ini melengkapi daftar teman yang sudah meninggal dunia yang lain. Sejenak gw sadar, bahwa gw juga bakalan mati juga. Apalagi usia sudah over 30. Umat Muhammad, manusia modern rata - rata usianya 64 tahun. Setengah jatah hidup sudah gw habiskan.

Dunia ini ibaratnya seperti ruang tunggu atau tempat antrian. Kita sedang menunggu panggilan dan kapan giliran dipanggil oleh-Nya. Kita tidak pernah tahu kapan, di mana dan dengan cara apa. Tinggal mendengar "suara panggilan petugas" dan melihat tiket antrian yang kita pegang. Wah, giliran gw nih.

Cuma berharap, kalau giliran gw tiba, gw sudah punya bekal yang cukup, ridho meninggal dunia fana ini dan meninggalkan generasi yang lebih kuat. Amien

Thursday, November 3, 2011

X Factor : Juri Kita di Acara Kontes Nyanyi

oleh : hasan abadi kamil

Dalam beberapa minggu ini, hampir setiap malam jum’at sampai malam senin, gua berusaha nyempetin nonton X-Factor di B Chanel. Acara yang digwangi oleh dua “pindahan” American Idol ini sepintas menjanjikan sebuah acara kompetisi yang hasilnya bisa dipertanggungjawabkan.

Kebanyakan acara kontes-kontesan begini di Indonesia hasilnya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Parameter di sini adalah mereka yang menjuarai punya lagu atau album yang menjual dan seterusnya bisa eksis di dunia tarik suara. Tidak menyambi maen sinteron atau lainnya yang kemudian menjadi yang utama.

Kalau boleh jujur sebut nama siapa artis jebolan kontes menyanyi yang masih eksis? Sedikit sekali. Indonesian Idol masih mending dibandingkan dengan yang lain. Ada beberapa yang bisa eksis. Selebihnya, seperti yang sudah kita ketahui sebagian cerita yang tidak mengenakannya telah masuk koran.

Sebenarnya masalah utamanya adalah di faktor jurinya. Kayaknya enggak mungkin banget dari 250 juta manusia di Indonesia tidak ada yang bisa menyanyi dengan baik. Gua melihatnya salah sebabnya adalah orang – orang yang jadi juri. Sampai sekarang yang jadi juri (tetap) enggak punya kemampuan ngendus bakat terpendam. Kemampuan musikal memang perlu, tapi kalau tidak bisa melihat bakat orang, apalah artinya. Gua juga yakin banget, Simon Cowell enggak enak kalau disuruh nyanyi (piss..piss). Tapi hidung dan aksen Inggrisnya yang membuat begitu jadi jaminan. Coba kita bahas sedikit orang yang pernah menjadi juri.

Indra Lesmana.

Jujur gua gak tahu musik jazz, dan gak mau pura – pura ngangguk – ngangguk keenakan pas ada musik jazz lewat. Memang Indra Lesmana jago dalam musikalitas tapi hei, berapa orang sih orang Indonesia yang bener – bener suka jazz. Ingat kita ini melayu, seperti halnya bilang belum makan kalau belum ketemu nasi. Kalau metal alias melayu total, ya ngaku aja (background musik lagu alamat palsunya Ayu Ting-Ting).

Anang Hermansyah.

Kalau komen gua Anang itu Cuma bisa ngorbitin orang, yang pernah menjadi pacar atau istrinya. Di luar itu enggak ada. Setidaknya yang gua tahu begitu. Hehehe…apa mesti semua orang menikah dulu/ jadi kekasihnya Anang agar bisa diorbitin jadi penyanyi. Kalau gua bisa nyanyi, gua enggak bakal mau. Soalnya gua masih normal.

Dan lain – lain.

Gua ngeliat, yang menjadi juri adalah faktor kesohorannya, bukan faktor kemampuan melihat bakat – bakat yang terpendam. Kayaknya Indonesia banget. Pernah di sebuah stasiun tivi yang sekarang sudah berganti nama, seorang juri memuji – muji penampilan seorang peserta. Padahal menurut gua dan istri biasa – biasa aja. “Ini kita yang salah kuping atau definisi lagu enak sudah bergeser?” Komen gua begitu. Dan kontestan yang dipuji – puji itu pun sudah enggak muncul sampai sekarang. Dan namanya juga gua dah lupa.

Pernah gua becanda-becandaan sama istri begini. Bagaimana kalau si kontestan itu enggak pernah bikin album dan frustrasi. Kemudian di sebuah mall dia ketemu dengan juri yang dulu muji habis – habisan.

”Mbak – mbak. Aku ini si ini.”Kata si bekas kontestan (BK)

“Eee…ini siapa ya?”Jawab si bekas juri(BJ)

“Ini aku loh Mbak kontestan dari acara anu.”

“Yang mana ya?”

“Yang di tivi itu. Dulu yang Mbak puji abis – abisan sampai rasanya mengawang – ngawang menembus langit gitu.” Jelas BK secara panjang lebar ke BJ. Dan BJ tetap tidak kenal.

Dan gua rasa, tivi – tivi kita lebih mengedepankan dramanya bukan menyanyi itu sendiri.

Dan kalau boleh usul, juri – juri yang bisa mengisi di acara kontes menyanyi itu adalah:

Melly Goeslaw

Boleh setuju atau enggak, ini Cuma opini gua. Kita bisa lihat Melly dah bikin banyak hit, dengan lagu yang bervariasi. Selain itu juga dia berhasil mengorbitkan beberapa orang, termasuk mengangkat Ari Lasso yang baru keluar dari Dewa 19.

Dewiq

Mantan istrinya Pay ini, kalo gua nilai punya kemampuan yang lebih. Dia bisa bikin lagu dengan tipe yang berbeda. Enggak kayak Ded Dores di zaman dulu, yang kalau bikin lagu rasanya itu – itu aja. Antara buat Nike Ardila dan Poppy Mercury enggak ada bedanya. Dan Dewiq berhasil mengorbitkan yang tidak punya kemampuan nyanyi yang baik jadi penyanyi : Ussi dan Indra Bekti.

Dan terakhir orang yang enggak boleh jadi juri adalah Helmi Yahya. Bukan apa – apa karena dia sudah banyak ngurusin acara reality show hehehe. Helmi Cuma berhasil ngorbitin Joshua dan dia udah cerita kemana – mana keberhasilannya. Termasuk dia Cuma berhasil mempopulerkan satu quiz yaitu siapa berani aja hehehe. Selain itu kalau jadi host, suka menguasai acara sehingga sang tamu lebih sedikit porsinya dibandingin si pembawa acara.

Tantowi Yahya juga sama. Walau pun dia bisa nyanyi country, tapi dia gak berhasil ngorbitin The Mollucas dan de java.

Itu aja.



Monday, September 26, 2011

http://www.atlan.org

Monday, September 19, 2011

Sirik Tanda Tak Mampu

oleh : hasan abadi kamil

Saya dan istri sering mengkritisi dan sinis terhadap fenomena yang ada. Orang yang lebih sibuk dengan gadget BB atau ipad sehingga tidak peduli dengan sekitar untuk bersilaturahmi dan bersosialiasi; orang yang pergi ke Puncak atau Bali untuk untuk liburan; orang yang berbondong - bondong memasukkan anak ke sekolah - sekolah bertaraf (baca tarif) internasional yang prestise-nya gede untuk mencerdaskan anak cucunya; dan lain - lain.

Kata istri saya kita sedang melihat simulacra - simulacra. Beruntunglah kita bisa mengisolasi diri dan bisa melihatnya, dan kasihan mereka yang berada di dalam, karena tidak menyadarinya. Ngomong - ngomong ini sinis (cynical) atas keadaan atau sirik tanda tak mampu ? :p

Friday, June 24, 2011

Like Father , (NOT) Like Son

oleh : hasan abadi kamil

Suatu hari seorang bapak menatap anaknya yang masih umur tiga tahunan. Kalau orang bilang lagi "sedeng - sedengnya". Kelakuannya menimbulkan beragam reaksi pada orang tuanya : senang, bangga, kesal dan marah. Namun keempatnya tersebut bermuara pada satu kalimat : kasih sayang.

Sebrengsek - brengseknya orang tua, tidak ingin anaknya brengsek seperti dia. Biarin Bapak aja yang begini, Kamu enggak boleh. Pernah kita lihat seorang ibu yang busananya (maaf) awut - awutan, tapi anak perempuannya sedari kecil dipakaikan jilbab dan dimasukkan ke TPA.

Sebodoh - bodohnya orang tua, tidak ingin anaknya lebih bodoh dari dia. Kalau bisa sekolah tinggi, biar jadi orang. Kalau bisa anak sekolah harus lebih tinggi dari bapaknya. Maka cerita orang tua jual tanah, jual rumah, jual banda, sampai berhutang untuk sekolah anaknya bukanlah cerita dongeng dari negeri antah berantah.

Dulu seorang guru SD pernah bercerita pengalaman mengajarnya di sebuah kampung yang jauh dari peradaban. Salah satu muridnya adalah anak maling yang terkenal di situ. Saking tenarnya, Si Maling sangat ditakuti dan hampir semua rumah pernah disatroninya, kecuali rumah guru anaknya. Ketika dikonfirmasi ke si maling soal ini dia hanya menjawab : bagaimana saya mau nyolong di rumah orang yang dia itu baik sama anak saya. Tidak ngebada - bedain di sekolah. Maling aja masih sadar kalau anaknya perlu sekolah agar pinter dan bener.

Bahkan berdasarkan cerita teman saya, dia dan emaknya bikin sekolah - sekolahan untuk tetangga sekitarnya yang tidak mampu di daerah Bekasi. Setiap sore diajarkan membaca menulis berhitung dan mengaji. Awalnya sekolah - sekolahan ini ingin dibebaskan dari kewajiban membayar iuran rutin. Tapi orang tua anak - anaknya protes; tidak mau. Diwajibin bayar, biar mereka dan anak - anaknya serius soal sekolah ini, begitu alasannya. Akhirnya para murid diwajibkan membayar seribu rupiah setiap minggunya.

Murid - muridnya pun beragam. Salah satu muridnya adalah anak bandar togel. Si anak bandar togel ini mempunyai kesulitan dalam menulis, membaca dan mengaji. Kalau berhitung dia jago banget. Mungkin karena sehari - harinya ikut membantu bapaknya menghitung taruhan togel. Bandar togel aja masih sadar kalau anaknya harus bener dan pinter.

Dan si bapak ini terus memandangi anaknya ini yang sudah tertidur karena kelelahan bermain. Dia berkata : Bapak memang enggak punya apa - apa, tapi Bapak akan mengajarkan kamu kebaikan, kejujuran dan kebenaran dengan keteladanan. Dikecupnya kening si anak hangat.

Friday, April 29, 2011

NYEBOKIN

oleh : hasan abadi kamil

Saya hanya bisa bergidik, ketika keponakan saya dicebokin pantatnya oleh bapaknya, yang notabene abang saya sendiri.

"Entar juga lu bakalan begini kalau punya anak."Abang saya cuma ngomong ini.

Sekarang saya sudah menikah dan mempunyai seorang anak laki - laki yang "gemas menggemaskan" (kayak istilah suci mensucikan di bab thaharah kitab fiqih). Ini istilah suka - suka saya yang subyektif 1000%, karena tak ada orang tua yang tidak narsis atas anaknya di muka bumi ini.

Kembali ke soal nyebokin, sekarang saya juga melakukan hal ini. Nyebokin pantat anak saya ketika memandikannya. Nyebokin pantat anak saya dengan tisu basa karea pup. Untuk yang terakhir saya masih menerapkan mekanisme perlindungan diri dengan menahan nafas selama proses nyebokin.

Istilah nyebokin juga bisa digunakan proyek atau pekerjaan yang di tengah - tengah diserahkan ke kita, karena tidak on progress. Istilah dangdutnya mah "kau yang mulai, aku yang mengakhiri". Hiks.

Sejujurnya hal ini memang tidak mengenakan. Seperti halnya nyebokin itu sendiri. Kalau nyebokin p*nt*t sendiri sih gak apa - apa, kalau p*nt*t orang lain?

Dapat limpahan proyek/ kerjaan orang lain bisa kita pandang dalam beberapa hal. Di satu sisi diri kita diakui kapabilitasnya. "Biar beres biar dikerjain sama si anu aja. Kalau sama si ini mah gak beres - beres." Di satu sisi nambah - nambah kerjaan. Kalau sudah begini mau bagaimana lagi. Mari kita lihat sisi positifnya saja.

Tuesday, April 26, 2011

Ngimpi Siang Bolong

oleh : hasan abadi kamil

Pernah saya berkhayal seperti ini. Di sela - sela waktu sebagai kelas pekerja saya masih bisa melakukan kegiatan berbudaya : menulis. Jenis tulisan yang dihasilkan, memperkuat posisi saya sebagai pengkhayal, kebetulan adalah membuat novel dan sejenisnya.

Hingga suatu saat novel yang saya release laku keras di pasaran dan dicetak ulang berkali - kali. Untuk melengkapi kesuksesan tersebut saya diundang seminar, talk show di mana - mana; tidak lupa pake acara tanda tangan buku kepada para penggemar buku - buku saya. Untunglah tidak ada yang pingsan karena berdesak - desakan seperti menonton konser musik.

Puncaknya, Andi F. Noya pun meminta saya untuk hadir di acara K!CK ANDY. Wow! Senangnya bisa hadir di tivi. Kemarin - kemarin cuma bisa lihat orang masuk tivi, sekarang saya ada di dalam tivi hehehe.

"Mengapa Anda menulis novel?" Pertanyaan pertama dilontarkan oleh Bung Andy.

Kira - kira saya akan jawab seperti ini :

"Diantara rutinitas kerja, dari tujuh pagi sampai lima sore, senin sampai jumat serta segala keterbatasan saya menikmati weekend maka menulis menjadi pilihan terbaik untuk rekreasi."

"Saya baca di koran, bahwa novel Anda sebentar lagi akan difilmkan. Beberapa produser ternama sudah menemani Anda?"

"Betul Pak Andy. Bagi saya siapa pun produsernya, kalau novel saya di-film-kan saya hanya minta dua syarat."

"Apa saja syaratnya itu?"

"Satu untuk hair dan make up pake produk W*rd*h (di blog gak boleh nyebut merek hehehe) tempat saya bekerja. Kedua untuk pemeran utama, saya tidak bersedia."

"Kenapa Anda tidak mau jadi pemeran utama?"

"Bukan apa - apa Pak Andy, dalam novel yang difilmkan peran utamanya seorang perempuan. Jelek - jelek begini saya masih normal."

"Hahahahahahahaha" Suara audiens tertawa.

"Ngomong - ngomong, dari tadi kita sudah ngalor ngidul ngomongin novel ini, kok saya belum tahu judul novelnya? " Tiba - tiba Bung Andy mengeluarkan pertanyaan yang saya amat sangat hindari.

Keringat dingin mulai mengalir deras. Otak saya beku, lidah saya kelu.

"Hmmmm.....namanya juga mimpi, jadi judulnya saya belum ada."Akhirnya meluncur kata - kata itu dari mulut saya.

"Yah...Bangun dah subuh!!!" Istri saya mengguncang - guncang bahu saya.

Tuesday, March 15, 2011

Bukan Dendam

oleh : hasan abadi kamil

Ya Alloh, ternyata saya ini termasuk manusia juga, yang bisa menaruh dendam...

Ceritanya begini. Di sebuah kota yang dikenal kota pendidikan saya menempuh pendidikan tinggi saya. Waktu itu dalam tahun kesekian (karena gak lulus - lulus) saya pernah serumah dengan seorang teman sebut si X. Maksudnya di rumah itu tinggal beberapa teman, salah satunya si X tersebut.

Sebenarnya si X ini orangnya tidak berjudi, minum - minuman keras atau sex bebas. Dia juga tidak terlibat mafia persepakbolaan Indonesia ataupun mengemplang uang pajak. Dia rajin ke masjid, baca qur'an dan bangun tengah malam. Cuma satu yang saya tidak tahan dari si X : suka ngeselin.

Bentuk ngeselinnya, tidak perlu dibeberkan lagi, pokoknya ngeselin. Selain saya ada beberapa orang yang mengalami hal yang sama. Saking keselnya sama dia, saya memutuskan untuk pindah dari rumah kontrakan tersebut, mencari kontrakan yang lain.

Ternyata memang susah bersabar terhadap orang beriman itu. Kalau yang ngeselin itu tukang mabok, tukang keluyuran, jarang mandi dan sholat, mungkin hati ini masih bersabar. Maklum, namanya juga orang belum dapat hidayah, paling seperti ini kata - kata untuk menghibur.

Tapi akan sangat berbeda, kalau yang melakukan orang yang rajin melakukan ibadah. Rasanya tak ada alasan logis yang bisa memuaskan pertanyaan seperti ini : kok ini orang kelakuannya begini sih?

Bertahun - tahun, setelah akhirnya saya lolos, si X bekerja di sebuah perusahaan dan saya juga bekerja. Pada suatu ketika kami bertemu di sebuah kegiatan di daerah Ibu Kota. Karena pernah satu rumah, kami berbalas basa basi. Dia menceritakan soal kemampuan temannya dia (atau dia sebenarnya) soal dokumentasi (terkait dengan ISO 9001 : 2008). Mendengar ceritanya saya bergeming. Si X juga sempat menelpon atasan saya (atasan saya teman si X dan teman saya juga) menawarkan kemampuannya itu.

"Bagaimana?" suatu saat atasan saya bertanya. Maksudnya peluang bergabung si X ke tempat saya bekerja.

"Tidak Pak." Jawab saya pendek.

Atasan saya mengerti, dia juga tahu soal kelakuan si X.

Mudah - mudahan ini bukan dendam ya.



Safe Ngulek

Ketika mengulek cabe maka :

Langkah pertama seorang safety yaitu:

1. Analisa potensi bahaya.

Pekerjaan: mengulek cabe& bawang

Bahaya: membuat menangis

Yang terkadang luput dari perhatian kita yaitu mengenali bagaimana cara bahaya tersebut bekerja/terjadi. Kita perlu mengetahui elemen2 yang ada, route of entry/jalan masuk bahayanya, peralatan-material-dan proses yang terlibat, sehingga mitigasinya menjadi lebih efektif dan efisien.

Peralatan yang terlibat: ulekan, cabe

Cara kerja: manual handling

Bentuk bahaya: uap cabe (gas), cairan cabe (liquid)

Route entry: skin contact (melalui kulit tangan), inhalation (melalui pernafasan), absorption (melalui mukosa mata), digestion (ditelan).

Wajar saja mitigasi anda tidak efektif, karena sepertinya safety glass tidak mengatasi jalan masuk bentuk bahaya itu.

2. Evaluasi resiko.

Dinilai, apakah pekerjaan mengulek ini low risk – medium risk (bisa bikin serious injury) atau high risk (yang bisa mengancam nyawa) dihubungkan dengan kemungkinan/probabilitasnya yang likely (sangat mungkin).

Kalau tubuh masih sanggup mengelola bahayanya, sehingga tidak memberikan adverse health effect atau kalau tau NAB cabe, kemungkinan besar paparannya masih di bawah NAB -> Kategori low risk, ngga masalah tanpa control, toh tidak membahayakan/masih dapat ditolerir tubuh.

Tapi kalau dianggap medium risk atau bahkan high risk, misal untuk pekerja yang sensitive sehingga bisa menimbulkan reaksi alergi, susah bernafas/gagal pernafasan, luka bakar di kulit akibat reaksi dengan cabe yang keras –ini mah lebay- ya kita perlu rumuskan mitigasinya.

3. Pencegahan/kontrol/mitigasi.

Jangan sekali-kali langsung loncat ke APD (Alat Pelindung Diri) atau PPE!

Kita sebagai orang safety kudu konsisten ngikutin dan memperjuangkan tangga/hierarchy of control yang dimulai dari Engineering Control (eliminasi, substitusi, minimalisir, enclosure, modifikasi, dll), administrative control, safe work practices, baru terakhir ditambahkan APD.

Salah satu bentuk engineering control dalam pekerjaan mengulek yaitu: penggunaan blender untuk bumbu, karena biasanya ada tutupnya, menghindari kontak langsung, dll. Tapi perlu dianalisa juga, apakah penggunaan control ini bisa menambah bahaya baru semisal bahaya tersengat listrik, mekanik dari pisau berputar blender, dan tentunya disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan.

Administrative control, coba dimutasi –apa yang mas Wawang lakukan itu sudah bagus, bergantian dengan istri menerima paparan dari cabe. Atau coba lakukan pembatasan jam kerja ketika mengulek, misal hanya boleh ngulek selama 5 menit, kemudian istirahat supaya bisa menetralisir uap/cairan cabe.

Terakhir baru deh pakai APD. Untuk bahaya kontak kulit, pakai sarung tangan lateks/karet, jangan sarung tangan katun, karena cairan cabenya nanti masih bisa menembus. Kemudian pake google, usahakan yang tipenya untuk menghindari splash/cipratan dan terakhir, pakai respirator, mungkin bukan tipe masker debu (N95), melainkan masker yang pakai canister, untuk menyaring uap2 cabe. Tapi ini pun perlu direview efisiensinya. Bahayanya ngga seberapa (masih dapat ditolerir), tapi pencegahannya sudah heboh, bahkan terkesan over protective shingga malah menghambur2kan uang.

Kira2 begitu komentar saya ^_^v

sumber : milist K3_LH@yahoogroups.com

Thursday, January 6, 2011

Cerita dari POSCO

oleh : hasan abadi kamil

Setelah selesai ribut-ribut soal Krakatau Steel yang dibeli Posco, saya ingin cerita sedikit soal Posco.

Posco singkatan dari Pohan Steel Corp merupakan salah satu perusahaan baja terbaik dunia. Pada bulan November lalu seorang pegawai KS menceritakan kehebatan Posco. Mereka bisa meningkatkan produktivitas dua kali lipat dengan jumlah karyawan berkurang setengahnya. Artinya Posco mengalami kenaikan empat kali lipat. Bahkan ketika baru "gabung" orang-orang Korea sudah siap dan sibuk untuk menggarap joint venture ini. Sampai seorang karyawan KS mengakui keteteran mengimbangi kecepatan mereka bekerja.

Ada sebuah cerita menarik dari Posco. Atasan saya dulu pernah diundang ke Posco karena Posco sedang mengalami penurunan kualitas dari baja yang dihasilkannya. Semua ahli dari seluruh dunia diundang untuk memecahkan masalah tersebut. Seperti yang kita ketahui proses pembuatan baja sudah full automatic, campur tangan manusia sangat sedikit sekali.

Setelah sekian lama masalah ini tidak terpecahkan, sampai pada suatu hari Direkturnya melihat para managernya sedang bermain golf.

"Saya tahu penyebabnya." Ujarnya.

Sejak hari itu para managernya dilarang untuk main golf, dan setelah itu masalah penurunan kualitas baja bisa ditangani.

Dari cerita ini, memang tidak masuk akal. Mana ada hubungan antara para manager yang maen golf dan kualitas produk. Tapi itulah yang terjadi. Dengan "meluangkan" waktu bermain golf, keseriusan dan konsentrasi akan pekerjaan berkurang, sehingga muncul masalah.

Sunday, January 2, 2011

Di Rumah Aja

oleh : hasan abadi kamil

Malam pergantian tahun sudah usai. Dan biasanya pada hari-hari berikutnya ada yang nanya : kemarin tahun baru kemana aja?

Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya cuma jawab : di rumah aja.

Bagi kami sekeluarga, tidak merayakan tahun baru bukan karena itu budaya impor yang merusak aqidah (karena bukan dari Islam) melainkan hari dimana 1 Januari tidak ada bedanya dengan hari-hari biasanya. Apalagi harus rela bermacet-macet segala dan mengeluarkan biaya yang tidak murah.

Dan khusus tahun ini kami tidur larut malam, karena anak kami menangis semalaman, takut mendengar bunyi-bunyian petasan dari perayaan tahun baru. Baru hari pertama di tahun baru aja dah bikin susah orang.