Friday, February 5, 2021

Manusia Berencana, Tuhan yang Menentukan

God speed


Manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan.

Waktu kuliah dahulu saya mempunyai seorang teman berbeda jurusan dan berbeda angkatan. Menurut saya dia itu adalah orang yang paling well planned yang pernah saya temui untuk mencapai masa depan. Dia bercita-cita menjadi praktisi dunia periklanan. Untuk mencapainya dia melakukan segala hal yang dianggap perlu. Kegiatannya hanya belajar, dia tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Dia tidak mendaftar ke unit kegiatan mahasiswa (UKM) mana pun dan memilih menjadi non-him atau tidak menjadi anggota himpunan mahasiswa jurusan. Kalau anak sekarang disebutnya kupu-kupu; kuliah pulang kuliah pulang. Padahal pada masa itu menjadi seorang non-him adalah masalah tersendiri di kampus kami. Biasanya akan "dikerjai" oleh para senior ketika bertemu di lab atau studio. Begitu juga di dalam pertemanan. Dia kan memilih teman-temannya yang memberi andil dalam mencapai cita-citanya.

Di masa liburan semester pendek, sebagian besar mahasiswa memilih pulang kampung atau berlibur dia kuliah semester pendek mengambil SKS ke atas atau magang di perusahaan-perusahaan. Walau pun SKS magang ada di tahun ketiga, dia sudah melakukannya sejak tahun pertama. Alhasil dengan semua upayanya itu dia lulus tepat waktu dengan hasil cum laude.

Ceritanya baru mulai di sini. Setelah lulus dia tidak langsung mendapatkan pekerjaan. Dia butuh waktu beberapa bulan untuk mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan pertamanya pun jauh dari yang diharapkan. Setelah setahun lebih dia baru masuk ke dunia periklanan. Berdasarkan riwayatnya dia sering berganti tempat bekerja. Rata-rata dia hanya setahun dua tahun bertahan di satu tempat. Entah apa yang terjadi dengan pekerjaannya, namun hasilnya seperti ini. Pernah juga dia merintis biro periklanan, namun tidak berlanjut.

Setelah lama tidak terdengar, terakhir dia menjadi seorang dosen di universitas swasta terkenal di bilangan Serpong. Dan dia terus bertahan di sana. Sepertinya dia menikmati pekerjaan sebagai tenaga pengajar. 

Cerita teman saya ini semakin menguatkan adagium bahwa manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. Makanya yang dinilai dari manusia itu adalah apa yang dia lakukan, bukan apa yang dihasilkan.

0 comments:

Post a Comment