Tuesday, December 3, 2013

Catatan ringan

Kisah Inspiratif Seorang Teman



Hidup di Jakarta memang penuh perjuangan. Apalagi buat orang yg 
penghasilannya terbatas sehingga kebutuhan transportasinya begitu 
bergantung pada fasilitas umum. Perjuangan meraih tempat untuk berdiri di 
dalam bis tujuan kota jakarta saja kadang sudah berat, apalagi jika ingin 
dapat tempat duduk. Tempat duduk adalah benda 'mewah' dalam konteks 
transportasi umum. Tempat saya menunggu bis adalah ujung dari rute trayek 
bis ini. Tentunya lebih mudah bagi kami yg menunggu bis di ujung trayek ini 
untuk mendapat kursi ketimbang orang-orang yang menunggu di tengah-tengah 
rute trayek. Tapi jangan anggap terlalu mudah, karena yang menunggu di 
pangkalan ujung trayek inipun banyak, lebih banyak dari kursi yang tersedia 
di bis sehingga kursi tetap saja jadi rebutan.

Momen orang berlarian berebut memasuki pintu dari setiap bis yang baru 
datang adalah momen yang menarik. Setiap orang berharap menjadi yg lebih 
dahulu masuk, agar masing-masing mereka dapat duduk. Kadang ada sedikit 
dorongan, senggolan dan berbagai benturan fisik lain. Semua itu dilakukan 
karena dengan duduk, perjalanan yang bisa memakan waktu sampai 2 jam, bisa 
diselingi dengan tidur, chatting, bbm-an, atau bahkan dengan menulis 
tulisan ini.

Yang menarik dari perjalanan hari ini adalah seorang bapak yang setelah 
rebutan masuk bis, duduk 2 baris di depan saya.  Pakaiannya biasa saja, 
baju hitam dengan celana hitam. Gak berbeda dengan orang lain. Setelah dia 
dapat tempat duduk, dia sempat menyapa seorang bapak lain di baris 
belakangnya, persis di depan saya duduk. Bis sudah penuh dan mulai 
berjalan, beberapa orang harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. 
Selang 20 meter bus berhenti kembali, ada beberapa penumpang mulai naik. 
Bapak ini mulai menarik perhatian saya, karena dia memberi kode kepada 
seorang wanita muda berpenampilan pegawai kantoran yang duduk diatas motor 
di samping bis yang berhenti. Wanita itupun naik kedalam bis, sementara si 
bapak malah berdiri dari kursinya dan kemudian menyerahkan kursinya kepada 
si wanita sebelum kemudian turun dari bis.

Saya bertanya-tanya, fenomena apa ini? Apakah sudah sebegitu kerasnya 
perjuangan mendapat kursi di bis sampai perlu ada calo khusus?
Jawabannya saya dapat dari bapak di depan saya. Ternyata wanita itu putri 
si bapak yang turun dari bis. Saya perhatikan wajah si bapak yang saat ini 
sudah duduk diatas motor disamping bis tadi. Seperti senang sekali bisa 
mempermudah hidup putrinya walau mungkin hanya sekedar untuk 2 jam perjalanan..
Oh bapak, terima kasih sudah menginspirasi saya.. Anak-anak kita adalah 
titipan Allah. Jaga, rawat dan sayang adalah kata yang harus menghiasi 
interaksi kita dengan mereka..

3desember, diatas kursi yang diantar 4 roda berputar

0 comments:

Post a Comment