Monday, September 30, 2019

Ternyata Cuma Ngebacot Doang

Umat Islam biasanya terbelah menjadi dua menjelang pemilu, baik pemilu pemilihan anggota legislatif atau pemilihan presiden. Ada yang berpendapat bahwa pemilu itu sesuatu yang boleh-boleh saja dan ada yang berpendapat tidak boleh. Yang berpendapat tidak boleh ini berdasarkan kepada bahwa pemilu sebagai bagian dari demokrasi bukanlah berasal dari (ajaran) Islam. Maka tidak bisa diterima.

Yang menjadi ramai adalah ketika dua pihak yang bersebelahan saling beradu argumen. Tiada habis-habisnya menggunkan dalil ini dalil itu. Dan keduanya (saya rasa) terdiam ketika partai yang dianggap anti Islam atau setidaknya dianggap tidak mewakili aspirasi umat Islam yang menang. Ribut yang menghabiskan energi itu ternyata tidak menghasilkan apa-apa. 

Kalau berhadapan dengan yang anti demokrasi sepertinya yang mereka kenal hanyalah dengan pedang dan perang. Berdialog dengan yang berbeda pendapat bukanlah sebuah pilihan. Namun sampai dua kali ini saya menjumpai model orang-orang ini kena batunya. 

Dalam perang komentar di sebuah postingan pihak anti demokrasi bersikap gagah berani dalam semua pendapatnya. Biasanya anti demokrasi ini memakai nama yang "sangar". Setiap masalah solusinya adalah dengan mengangkat senjata dan berperang. Tiba-tiba, seorang ibu menyeletuk yang membuat semua terdiam, terlihat dari tidak ada yang berkomentar setelahnya. Si ibu ini menceritakan kondisi lingkungan di rumahnya. Ada segerombolan preman yang meresahkan masyarakat. Dia meminta tolong kepada sang anti demokrasi ini untuk memberantas premanisme di lingkungannya. Untuk mengangkat senjata saja mereka terlihat mampu, apalagi menghadapi preman tentunya bisa juga. Dan si anti demokrasi ini tidak menjawab atas permintaan sang ibu. 

Dari sini bisa disimpulkan bahwa anjuran berperang di jalan agama hanyalah gagah-gagahan atau sekedar ngebacot doang di dunia maya. Yang menohok lagi kalau ada yang bertanya straight to the point. Kapan kamu berangkat ke palestina? Untuk berperang di sana. Kalau enggak punya duit, biar saya ongkosi. Biasanya kalau begini, langsung diam atau berputar-putar jawabannya.

Beberapa hari lalu saya sempat berdebat dengan orang-orang model ini. Singkat kata dia tidak setuju pendapat saya untuk berdialog dengan mereka yang diduga tidak menyukai Islam. Dalam sebuah komentarnya dia bilang, orang yang menghina nabi harus ditebas lehernya. Karena saya naik emosi saya tanya balik : emang Ente sudah nebas berapa orang? Gua pengen tahu. Sampai sekarang dia tidak menjawab dengan jelas pertanyaan saya.

Saya tidak menyalahkan semangat kalian dalam membela agama ini. Tapi jangan cuma gagah-gagahan atau ngebacot doang. 

0 comments:

Post a Comment