Thursday, December 14, 2017

Bapak Pergi Meninggalkan Nama

Gajah mati meninggalkan gading
Harimau mati meninggalkan belang
Manusia mati meninggalkan nama

Bapak saya adalah orang yang tidak disukai oleh sebagian murid dan gurunya. Ini bukan kabar burung atau isapan jempol belaka karena saya dan saudara-saudara saya sekolah di SD dimana bapak menjadi kepala sekolahnya. Jadi kami mendengar sendiri ceritanya.
"San, Bapak Lu lama banget sih kasih sambutannya." Protes teman ketika sedang upacara.

Kalau guru ada yang suka menyindir kelakuan bapak ketika mengajar. Mereka tidak tahu atau tidak mau tahu kalau ada anak-anaknya bapak yang menjadi muridnya. Yang paling parah ada yang berani mengatai bapak mabok.
"Ha ha ha pagi-pagi sudah mabok."
"Iya hahaha"
Dua guru pria mengatai bapak karena bapak pagi-pagi sudah marah-marah.

Memang bapak orangnya keras sama siapa pun yang melanggar aturan. Tidak peduli murid atau guru. Dia pernah menampar murid yang nakal, memarahi guru yang tidak disiplin, bahkan pernah ada guru yang dia usir dari kelasnya; di depan murid-muridnya sendiri karena guru ini sering tidak masuk tanpa alasan yang jelas.

Sejujurnya saya ada rasa malu melihat kelakuan bapak ini. Tapi bagaimana pun dia bapak saya. Semua cerita dan ejekan ini saya anggap sebagai angin lalu saja. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Dan akhirnya pun tiba. Bapak dipindahtugaskan ke sekolah yang lain. Sekolah yang lebih kecil dan lebih jauh. Sudah menjadi rahasia umum ketika mau mutasi biasanya orang kasak-kusuk agar dapat sekolah yang "gemuk". Bapak tidak mau melakukan ini. Dia siap ditugaskan di mana saja.

Saya kira akan ada pesta perpisahan yang  mengungkapkan kesenangan dan kegembiraan karena "sumber penyakit" akan segera pergi. Ternyata tidak ada sama sekali. Bahkan ada salah satu guru hater-nya yang minta bapak jangan pergi.
"Nah ini Kepala Sekolah kita. Bapak jangan pergi. Tetap aja  di sini."
"Enggak bisa. Emang ini sekolah gua."Jawab bapak dengan santainya.

Dan tahu tidak guru yang pernah diusir dari kelasnya itu? Dia pernah berkunjung ke rumah dan mencium tangannya bapak ketika pulang. Hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.

Dan kalau pun murid-murid Bapak banyak yang benci harusnya saya sudah jadi bahan bullying  ketika SMP, dimana sebagian besar lulusan SD kami meneruskan SMP yang sama.Ternyata tidak. Malah beberapa kali saya selamat dari pemalakan karena ada yang bilang, "Eh, jangan itu anak guru gua."

Dan kalau saya atau adik-adik saya main ke kampung murid-muridnya Bapak, selalu ada yang nanya, "Eh, ini anaknya Pak Rupid ya? Bapak sehat?".

Memang bapak orangnya keras tapi dia jujur. Dia tidak pernah korupsi, fisik bangunan sekolah selalu diperbaiki, guru-guru mendapat seragam gratis termasuk guru honorer (kalau di sekolah lain harus beli) dan kuota penduduk asli dijaga*

Dan akhirnya setelah semua itu yang tersisa hanyalah perasaan bangga di dada. Pak, maafkan anakmu yang pernah malu karena belum faham semuanya.

*dulu sekolah kami masih sebuah kampung.Tak lama banyak sawah digusur dijadikan perumahan;  pendatang mulai berdatangan. Bapak selalu menyisakan kuota untuk penduduk asli yang biasanya mendaftar di hari pertama sekolah. Beda dengan pendatang yang jauh-jauh hari sudah mendaftar. Konon kabarnya kebijakan ini tidak diteruskan oleh kepala sekolah yang baru.

#DWC30
#Squad 1
#Jilid 10
#Day19

0 comments:

Post a Comment