Thursday, December 7, 2017

Kemewahan Itu Bernama Buku

Waktu kuliah dulu saya punya seorang teman yang suka membaca dan menulis. Setiap bertemu selalu bertanya,"Lagi baca buku apa Kang?" Kemudian saya akan menceritakan isi buku yang baru saya baca kepadanya. Karena masa kuliah waktunya lebih leluasa saya masih sempat membaca buku-buku di luar kuliah.

Setelah selesai terkadang dilanjutkan dengan diskusi ringan membahas isi buku tersebut dan kemudian merembet membahas kemana-mana. Terkadang di akhir diskusi dia suka berkata:"Wah saya jadi punya ide untuk membuat tulisan,"katanya. Dan biasanya dia benar-benar membuat sebuah tulisan. Tulisannya ini kemudian ditunjukkan kepada saya pada pertemuan berikutnya.

Sebenarnya pada dasarnya saya suka membaca dan menulis seperti teman saya ini, tapi genre yang berbeda. Tulisan dia lebih berbobot yang kebanyakan membahas permasalahan kehidupan dari sudut agama Islam dengan pendekatan pemikiran atau akal. Terkadang dalam pembahasannya disajikan dalam sebuah cerita ringan. Sehingga apa yang dia bahas, walau pun berat dan kompleks, namun bisa dicerna oleh siapa pun yang membacanya.

Kalau saya mah menulis cerita sehari-hari yang hanya sebuah cerita tanpa membawa pesan yang berat-berat seperti teman saya. Isi tulisannya tidak lebih dari apa yang disajikan. Tak ada pesan besar di balik itu semua.

Itu cerita beberapa tahun yang lalu. Sekarang kondisinya berbeda. Dan saya sudah tidak bertemu dengan teman saya ini sudah bertahun-tahun lamanya. Selain disibukkan oleh pekerjaan masing-masing, juga karena kami tinggal di kota yang berbeda.

Saya tidak bisa membayangkan perubahan wajah dia sekarang, kalau bertemu dan melontarkan pertanyaan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya:""Lagi baca buku apa Kang?" Saya akan menjawab:"Sudah lama nih enggak baca buku."

Pasti dia tidak percaya jawaban saya. Dia seperti bertemu dengan para kaum bumi datar. Dan saya tidak mau berbohong kepadanya bahwa saya memang sudah jarang sekali, kalau tidak mau dibilang tidak pernah membaca buku.

Sejak bekerja saya jarang membaca buku, kecuali buku-buku yang ada hubungannya dengan pekerjaan. Penyebabnya adalah keterbatasan waktu yang ada. Selain karena bekerja, waktu luang di akhir pekan habis untuk bercengkrama dengan anak-istri yang di hari-hari kerja sangat jarang bisa berinteraksi lama-lama.

Terkadang ada keinginan untuk bisa membaca buku-buku dengan tema yang saya sukai. Dan saya suka iri kalau membaca status teman atau seseorang di social media yang masih bisa membaca buku dan membuat tulisan. Minimal mereka membuat statusnya cukup berisi dan menawarkan sebuah pencerahan.

Ya boleh dibilang membaca buku itu adalah sebuah kemewahan buat saya. Di saat saya mampu membeli banyak buku, tidak seperti kuliah dulu, ironisnya saya tidak mampu untuk membukai lembar demi lembar halaman buku itu. Meresapi baunya, membaca setiap katanya dan membayangkan dalam fikiran. Ah, benar-benar sebuah kemewahan.

Lantas apakah saya berdiam diri saja? Tentu tidak. Sampai saat ini saya masih menyimpan keinginan ini kuat-kuat. Dan dengan mengikuti kegiatan tantangan 30 hari menulis itu juga salah satu upaya buat saya untuk mereguk kenikmatan membaca buku. Cepat atau lambat saya akan kembali kepadamu : buku.

#DWC30
#Squad 1
#Jilid 10
#Day12



0 comments:

Post a Comment